Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Puisi | Perencanaan Wilayah | Politik | Olahraga | Isu Terkini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Inspiratif Lusi Kormasela, Penenun Muda yang Lestarikan Kain Tenun Tanimbar

14 Februari 2023   02:14 Diperbarui: 14 Februari 2023   02:23 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Lusi Kormasela

Kain nusantara merupakan bagian dari identitas Indonesia yang telah ada sejak masa lalu. Bersama dengan filosofi, makna dan nilai kehidupan yang melekat padanya, ikut menjadi tanggung jawab semua warga Indonesia untuk menjaga kelestariannya, baik di masa kini maupun di masa mendatang.

Kesadaran akan pentingnya kain nusantara bagi identitas Indonesia, sudah seharusnya dimiliki oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Tidak hanya untuk menjaga kelestariannya di masa kini, tapi juga untuk memastikan budaya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tetap eksis dari waktu ke waktu.

Maka dari itu, harus ada generasi muda yang perlu meneruskan tradisi tersebut agar tidak hilang ditelan zaman. Banyak dari kita yang merupakan generasi muda mungkin acuh tidak acuh dalam melestarikan kekayaan tradisi bangsa ini. Tapi tidak dengan wanita yang satu ini, yang eksis melestarikan tradisi tenun ikat Tanimbar hingga saat ini.

Ingin Pertahankan Warisan Budaya!

Foto Lusi Kormasela (Sumber: Instagram@tenunTanimbar.mawar)
Foto Lusi Kormasela (Sumber: Instagram@tenunTanimbar.mawar)
Lusi Kormasela adalah anak muda yang begitu peduli dengan keberadaan tradisi kain tenun Tanimbar. Dia awalnya merasa termotivasi dari ibu mertuanya yang sudah tahu menenun sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.

Tepatnya pada 2019 silam, wanita yang saat ini menempuh pendidikan S1 di Fakultas Teknik, Universitas Pattimura tersebut kemudian merasa tertarik untuk belajar menenun agar dapat melestarikan tradisi tenun ikat dari Tanimbar, tempat di mana dia berasal.

Menurutnya, dia ingin mencoba menenun karena di Tanimbar anak seusianya jarang untuk melihat mereka menenun.

"Beta pikir anak seusia kita ini sudah jarang melihat mereka menenun. Kalau di desa-desa tertentu mungkin masih ada, misalkan pada desa-desa di Kecamatan Selaru", ujar mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota semester akhir tersebut.

"Karena dulu di Tanimbar punya satu kewajiban untuk anak perempuan jika ingin menikah syaratnya harus tahu menenun", tambahnya.

Awal Belajar Menenun

Awal belajar menenun, Lusi mulai dengan belajar menggulung benang karena menurutnya menggulung benang dalam proses tenun punya teknik tersendiri tidak semudah menggulung benang seperti biasanya.

"Awalnya itu masih belajar gulung benang karena gulung benang juga ada tekniknya supaya jadi satu bola yang bentuknya benar-benar bulat", jelas Lusi.

Dalam proses belajar menggulung benang, dia memakan waktu dua bulan hingga dia bisa menggulung benang yang benar-benar bulat dan tidak bertumpuk pada satu tempat saja.

Selesai belajar menggulung benang, dia kemudian belajar desain kain dengan menggunakan salah satu alat yang namanya papindangan. Dalam proses desain, harus benar-benar punya ide dan kreativitas agar dapat membuat satu kain terlihat cantik dengan kombinasi benang dan warna yang berbeda-beda. Setelah belajar semua tahapan itu, barulah dia masuk ke tahap belajar tenun.

Kain Tenun dengan Pewarna Alami

Kain tenun dengan pewarna alami (Sumber: Instagram @tenunTanimbar.mawar)
Kain tenun dengan pewarna alami (Sumber: Instagram @tenunTanimbar.mawar)
Kain tenun yang dia buat merupakan kain tenun ikat, di mana motif-motif yang ada pada kain itu menggunakan teknik ikat yang membentuk pola-pola cantik.

Selain itu, kain tenun yang dia buat kebanyakan merupakan tenun yang dikembangkan dengan warna alam. Di mana pewarna kainnya didapatkan dari beberapa tumbuhan yang dijadikan warna untuk benang.

Salah satu contoh kain yang dia buat dengan warna alami, yakni pada gambar di atas. Untuk motifnya itu, warnanya diambil dari kulit manggrove yang sudah tua kemudian untuk warna hijau pada kain tersebut berasal dari campuran warna daun ketapang dengan daun biru indigo.

Untuk warna kuningnya, ia dapat dari daun ketapang juga, sedangkan untuk warna coklat keorange-orange dia gunakan pewarna yang diambil dari kayu siripopar.

Dijual Hingga Luar Negeri

Sumber:  Instagram @tenunTanimbar.mawar
Sumber:  Instagram @tenunTanimbar.mawar
Dalam proses pembuatan kain tenun yang dia buat biasanya memakan waktu satu minggu untuk satu lembar kain itu sudah termasuk proses dari ikat motif sampai menenun.

Proses pemasaran kain yang dia buat biasanya dia promosikan lewat media sosial Instagram @tenunTanimbar.mawar, kemudian dinas-dinas dan juga ada yang pesan dari luar negeri.

"Kalau jual biasanya di Instagram, di dinas-dinas yang ada di Kota Ambon, sama kemarin baru dikirim ke Belanda", ujar Lusi saat dikonfirmasi via WhatsApp (13/02/2023).

Apa itu Kain Tenun Ikat Tanimbar?

Kain tenun ikat Tanimbar sendiri merupakan salah satu jenis kain tradisional Indonesia yang berasal dari Kepulauan Tanimbar, Maluku. Kain ini dibuat dengan prinsip yang sederhana, yakni menggabungkan benang secara memanjang dan melintang.

Kain tenun Tanimbar menjadi salah satu ciri khas dari Kepulauan Tanimbar. Selain digunakan untuk membuat berbagai kerajinan, kain tenun juga memiliki nilai yang sakral dalam kebiasaan dan tradisi setempat.

Kain tenun di Tanimbar memiliki fungsi yang lebih dari sekedar menutupi tubuh. Kain ini juga digunakan untuk perayaan adat seperti kematian, pernikahan, atau pelantikan kepala desa. Kain tenun bagi masyarakat Tanimbar dianggap sebagai sesuatu yang bernilai. Awalnya, serat daun lontar digunakan untuk membuat kain ini. Namun sekarang, mereka lebih memilih kapas sebagai bahan dasar untuk membuat kain tenun yang lebih tahan lama (sumber: Kompas.com). Bagaimana menarik bukan? Apakah anda tertarik dengan kain tenun Tanimbar?

Harapan dan Pesan untuk Generasi Muda

Sumber: Instagram @tenunTanimbar.mawar
Sumber: Instagram @tenunTanimbar.mawar
Kain tenun ikat Tanimbar merupakan salah satu warisan budaya. Kain ini telah menjadi bagian dari budaya dan identitas masyarakat Tanimbar dan telah menarik banyak perhatian dari pemerhati budaya di seluruh dunia. Generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam melestarikan kain tenun ikat Tanimbar.

Generasi muda harus mendorong pengembangan industri kain tenun ikat Tanimbar melalui kolaborasi dan berbagai inisiatif. Mereka juga harus mencari cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang nilai budaya kain tenun ikat Tanimbar dan mempromosikan produk yang dibuat dari kain ini.

Generasi muda juga harus melanjutkan tradisi kain tenun ikat Tanimbar ini dengan mempelajari cara menenun, mengikat dan menggunakan kain ini. Mereka harus mendorong penerapan teknik-teknik modern untuk memperkuat desain kain tenun ikat Tanimbar.

Ini akan membantu mempromosikan produk lokal dan meningkatkan daya tarik wisatawan ke Tanimbar. Generasi muda harus juga bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga-lembaga pengawas untuk memastikan bahwa kain tenun ikat Tanimbar diproduksi dengan cara yang adil dan etis.

Mereka harus melakukan berbagai inisiatif untuk melindungi kain tenun ikat Tanimbar dari pengaruh globalisasi dan menjaga keaslian desain dan teknik tradisional yang melekat pada kain tenun ini. Melalui berbagai inisiatif dan upaya yang dilakukan oleh generasi muda, kain tenun ikat Tanimbar dapat terus dilestarikan dan meningkatkan nilai budaya serta identitas masyarakat Tanimbar. Kain ini juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan ke Tanimbar.

Sudah saatnya para generasi muda asal Tanimbar perlu mengikuti jejak Lusi untuk melestarikan kain tenun ikat Tanimbar. Jangan sampai hilang karena tidak ada yang bisa meneruskan tradisi ini. Tugas kita generasi muda bukan sekedar mempromosikan kekayaan budaya kita lewat media, namun harus menjadi pelaku untuk bisa meneruskan tradisi turun temurun tersebut agar tetap bertahan.

Bagaimana menarik bukan kisah pemudi yang satu ini? Ini cerita Lusi, mana ceritamu?

Mari lestarikan warisan budaya di daerahmu. Jadilah anak muda yang cinta akan kekayaan budaya dan tradisi yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun