Mohon tunggu...
Hendra Surya
Hendra Surya Mohon Tunggu... Freelancer - saya seorang penulis lepas untuk penerbit elex media komputindo, obor, erlangga dan bhuana ilmu populer

saya seorang penulis lepas untuk penerbit elex media komputindo, obor dan bhuana ilmu populer.\r\nBuku-buku karya saya, antara lain:\r\nFiction (Novel): \r\nWarriors of Dream Pursuer, 2013.\r\nBookish Style of Lovemaking, 2013.\r\nReinhart, The Incarnation Five Supreme Knights Of Eirounos, 2013.\r\nRahasia Sang Maestro Cilik , 2009.\r\nReinhart, Titisan Lima Ksatria Agung Eirounos, 2007. \r\nCinta Sang Idola, 2007. \r\nBiarkan Aku Memilih, 2006. \r\n\r\nNon-fiction: \r\nCara Cerdas (Smart) Mengatasi Kesulitan Belajar, 2014. \r\nCara Belajar Orang Jenius, 2013. \r\nStrategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar, 2011.\r\nRahasia Membuat Anak Cerdas dan Manusia Unggul, 2010.\r\nMenjadi Manusia Pembelajar, 2009.\r\nPercaya Diri Itu Penting, 2007. \r\nTim Penyusun, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia Dini, 2007. \r\nAgar Perkawinan Menjadi Langgeng, 2006. \r\nKiat Membina Anak Agar Senang Berkawan, 2006.\r\nKiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak 2, 2005. \r\nRahasia Membangun Percaya Diri, 2004. \r\nKiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak, 2004. \r\nKiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi, 2003.\r\nKiat Mengatasi Kesulitan Belajar, 2003.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Metamorfosis Anak yang Terlihat Bodoh

10 September 2021   19:34 Diperbarui: 11 September 2021   05:28 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gak salah! Dia anak ADM Sampali," timpalnya.

"Pantas, dia gitu angkuh! Rupanya anak bos perkebunan," celetukku, sambil tanganku mengebat-ngebatkan debu yang menempel di celanaku.

"Ya, gitulah anak feodal!" sambungnya, sembari mengingatkanku, "Kau harus hati-hati berhadapan dengannya. Entar, kau dibuat susah ama begundalnya itu."

"Zaman dah berubah, dah merdeka, tapi sifat feodal warisan kolonial itu masih aja ada," gumamku sedikit gusar. "Bahkan, bangga untuk nakuti orang-orang kecil, kayak dunia ini milik mereka saja."

"Iya, zaman boleh berubah! Tapi pola kastanisasi, sifat buruk hasil kolonial udah jadi duri dalam daging, sulit diubah. Melekat terus dalam budaya kita. Apalagi, sifat itu semakin kental dengan adanya orang yang nggak punya martabat, yang suka cari muka, penghamba kayak tuh tukang pukul Benhart," timpal anak itu.

Aku pun mengangguk, membenarkan pendapatnya. Tujuanku kemari memang bukanlah untuk beperkara dengan Benhart. Walau masih terngiang-ngiang di telingaku umpatan Benhart tadi yang sungguh menyesakkan dadaku. Itu membuat aku bulatkan tekad untuk mengejar mimpiku. Aku ingin buktikan, bahwa aku juga punya hak yang sama untuk dapat meraih mimpi yang bermartabat.

Untuk kelanjutan cerita ini , silahkan baca di Apps GoodNovel dan cukup download di play store.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun