Mohon tunggu...
Hendra Surya
Hendra Surya Mohon Tunggu... Freelancer - saya seorang penulis lepas untuk penerbit elex media komputindo, obor, erlangga dan bhuana ilmu populer

saya seorang penulis lepas untuk penerbit elex media komputindo, obor dan bhuana ilmu populer.\r\nBuku-buku karya saya, antara lain:\r\nFiction (Novel): \r\nWarriors of Dream Pursuer, 2013.\r\nBookish Style of Lovemaking, 2013.\r\nReinhart, The Incarnation Five Supreme Knights Of Eirounos, 2013.\r\nRahasia Sang Maestro Cilik , 2009.\r\nReinhart, Titisan Lima Ksatria Agung Eirounos, 2007. \r\nCinta Sang Idola, 2007. \r\nBiarkan Aku Memilih, 2006. \r\n\r\nNon-fiction: \r\nCara Cerdas (Smart) Mengatasi Kesulitan Belajar, 2014. \r\nCara Belajar Orang Jenius, 2013. \r\nStrategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar, 2011.\r\nRahasia Membuat Anak Cerdas dan Manusia Unggul, 2010.\r\nMenjadi Manusia Pembelajar, 2009.\r\nPercaya Diri Itu Penting, 2007. \r\nTim Penyusun, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia Dini, 2007. \r\nAgar Perkawinan Menjadi Langgeng, 2006. \r\nKiat Membina Anak Agar Senang Berkawan, 2006.\r\nKiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak 2, 2005. \r\nRahasia Membangun Percaya Diri, 2004. \r\nKiat Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak, 2004. \r\nKiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi, 2003.\r\nKiat Mengatasi Kesulitan Belajar, 2003.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Metamorfosis Anak yang Terlihat Bodoh

10 September 2021   19:34 Diperbarui: 11 September 2021   05:28 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun kala itu, waktu aku kecil. Aku menguatkan diri setengah berlari di bawah terik sinar matahari yang membakar kulitku. Wajahku begitu tegang, dadaku berdetak tak karuan. Apalagi hatiku, diliputi perasaan gugup meniti asa. Aku tak sendiri berburu, berduyun-duyun orang seusiaku, bahkan tidak sedikit orangtua turut mendampingi putra harapannya menerobos pintu gerbang sekolah negeri impian. Tidak sedikit pula memperlihatkan guratan raut wajah yang letih, mereka terlihat mempunyai pengharapan besar yang sama denganku.

Mereka tidak ingin cikal-bakalnya mewarisi guratan wajah kuli yang sama dengannya. Aku pun berebut tempat menyusuri koridor sekolah yang terasa cukup panjang mengitari deret ruang kelas yang berbentuk leter "U". Siang itu adalah hari yang sangat penting bagiku, kesempatan sebagai seorang anak ingin mengubah garis nasib keturunan, setelah dua generasi di tanah Deli, terpapar sebagai kuli. Namun, tiba-tiba aku mengalami peristiwa yang mengejutkan, rintangan pertamaku.

Braaakkk...!

            "Aduuuh!"

Yeah, malang benar nasibku! Tiba-tiba muncul tangan kekar mendorong tubuhku dengan kasar dari belakang. Aku pun jatuh terjungkal menabrak dinding kelas yang terbuat dari susunan papan bersirip dengan keras. Kepalaku terasa benjut dan sakit sekali terantuk dinding kelas. Aku terduduk di lantai, sambil mengelus kepalaku yang masih terasa nyeri. Setengah puyeng aku mendongak, lihat orang yang dengan kasar mendorongku tadi. Aku jadi terperangah lihat itu orang yang langsung melotot, balas memandangku tanpa merasa bersalah sedikitpun. Sungguh teganya ini orang. Tubuhnya yang tinggi besar, berkulit gelap dan berwajah Sanger. Dia berbaju kaos berwarna hitam ketat memperlihatkan tubuhnya yang berotot, laksana tukang pukul itu sempat menggetarkan hati kecilku. Itu orang, aku lihat mengawal seorang anak lelaki kebule-bulean, matanya kebiru-biruan. Aku taksir usianya sebaya denganku.

Anak itu dengan jumawanya melirikku, memandang setengah melecehkanku.

"Huh...rasakan, gembel!" dengusnya sinis. Lantas, dia menghardik dengan kasar, "Kau gak pantas berada di sini, tauuu!"

Daaap! Kata-kata hinaan anak itu langsung menohok ulu hatiku, rasanya sakit bukan kepalang! Apalagi lihat dia menutup lubang hidungnya dengan punggung jari telunjuknya, seperti lihat seonggok sampah padaku, begitu dia melintas di depanku. Siapa yang tak panas hatinya, dihina begitu rupa? Darahku sempat mendidih dengarnya. Kemudian, kulihat lirikan dan cibiran sinis yang menghiasi wajah itu anak. Huuuh! Gigiku gemeretak, menahan geram. Ingin rasanya meremas itu bibir  untuk beri pelajaran, biar hilang keangkuhan anak yang tak tahu adat itu. Keinginanku itu membara dalam hatiku. Tapi, aku tersentak, tersadar... Kala itu, tiba-tiba sekelibat melintas dalam ingatanku. Aku terbayang wajah guru agamaku, Ibu Romlah Rangkuti di SDN 120 Pulo Brayan Darat yang senyumnya menyejukkan dan menghembuskan angin kedamaian dalam hati ketika mengucapkan:

 "Jadi orang itu harus dapat memerangi nafsu amarah dengan menghiasi hati dengan sabar. Bagi orang-orang yang sabar, surga telah menantinya."

Ditambah lihat body guard yang kelihatan berotot kawat dan suka cari muka itu membuatku berpikir dua kali. Makanya, aku pun terpaksa harus bisa menahan diri, menepis amarahku, jika aku ingin berhasil mengejar impianku. Aku pun berpikir. Kejadian ini bukanlah apa-apa, jika dibandingkan dengan penderitaan kakekku, kerja-paksa sebagai kuli-kontrak, batinku. Lalu, aku memejamkan mata sejenak, sambil menarik nafas dalam-dalam hingga dadaku terasa menggelembung, lalu menghempaskannya perlahan-lahan untuk menenangkan pertentangan gejolak jiwaku ini. Aku tak ingin menghancurkan impianku, hanya karena gara-gara peristiwa sepele seperti ini. Ini pelajaran pertamaku, jadi orang itu harus sabar, jika ingin berhasil dan jadi orang.

Sekejap kemudian, manusia berotot kawat yang baru aku lihat tadi, ternyata berubah jadi manusia paling memuakkan di dunia, ketika beri jalan pada anak lelaki kebule-bulean itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun