Mengapa teman-teman menapak karir corporate di Australia ketimbang buka usaha di Indonesia?
"Napa gak balik for good aja, bukannya bokap lu ada usaha?" tanya saya. Orang tua RM menjalani toko kecil dari muda hingga sekarang. "Kecil tapi padat" cara RM mendiskripsikan usaha orang tuanya. Meskipun menghasilkan uang dan tidak ada yang melanjutkan, RM tetap enggan balik karena merasa tidak bisa melihat masa depan dalam toko.
RM tidak peduli dengan status 'boss'. Dia mengaku mencari kualitas hidup. Di Sydney akhir pekan bisa dihabiskan bersama anak. Sementara orang tuanya bekerja 6.5 hari di toko kecuali tanggal merah libur nasional.Â
Selesai tutup toko masih harus menghitung stok, dan urusan pembukuan. Waktu kecil dia melihat orang tuanya setiap hari tapi jarang menghabiskan waktu bersama mereka. Dia tidak bisa membayangkan menjalani hidup monoton seperti itu seumur hidup.
RM dan istri bekerja keras, menabung, membeli rumah dan bisa pergi jalan ke luar negeri setahun sekali. Seandainya jadi 'boss' di Indonesia, RM merasa sulit jalan lama kecuali mendapat pegawai yang bisa dipercaya untuk dilepas.
Sementara CK sempat balik for good ke Indonesia selama tiga tahun membangun usaha hingga akhirnya balik lagi ke Sydney bersama keluarga. Pada awal merintis usaha, CK sering keluar kota mencari pelanggan.Â
Singkat cerita, CK kena tipu rekan bisnis dan usaha tidak berjalan seperti yang dibayangkan. Pegawai murah, pasar besar semua hanya bagus diatas kertas tanpa memperhitungkan aturan main tak tertulis, etos kerja pegawai dan perilaku pemain besar dalam industri bersangkutan.
CK saat ini bekerja sebagai analyst. Ya, dia terkadang lembur dan bekerja akhir pekan kalau sedang sibuk. Tapi beruntung perusahaan dia memiliki kebijakan 'flexible work' jadi dia bisa kerja dari rumah dan bisa menentukan jam kerja selama pekerjaan selesai dan memuaskan.Â
Ketika sedang tidak ada project, dia bebas pergi makan siang selama 1.5 jam. "Ngapain pusing mikirin business 24/7 kalau gue sekarang bisa life style businessman hehe" celetuk CK.
Apakah mereka yang suka tinggal di Australia memang tidak kreatif, mental lembek dan suka di zona kenyamanan?
Saya rasa tidak. Majalah komunitas Indonesia seperti Buletin Indo atau Indomedia penuh iklan usaha orang Indonesia.