Mohon tunggu...
Hendra Kumpul
Hendra Kumpul Mohon Tunggu... Lainnya - Ro'eng Koe

Sedang Belajar Menulis ndakumpul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pasien Covid-19 Lari ke Dukun dan Kebiasaan Orang Manggarai yang Lari dari Dokter

20 Mei 2020   15:53 Diperbarui: 21 Mei 2020   01:48 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dukun: Tropenmuseum | Repronegatief. Een dukun (medicijman) bereid een drank

Cara para dukun di Manggarai untuk menyembuhkan orang juga sangat sederhana. Mereka hanya komat-kamit merapal mantra kemudian meniupkannya ke dalam sebuah gelas yang berisi air. 

Si penderita sakit hanya disuruh untuk meminum air tersebut. Beberapa jam atau beberapa hari kemudian sembuh total dan bisa beraktivitas lagi dengan bebas.

Pasien yang patah tangan atau kaki pun bisa dalam sekejap lekas sembuh. Para dukun hanya mengurut tangan dan kaki mereka, kemudian merapalkan sejumput mantra dan meniupkannya ke tangan atau kaki yang patah. Hal yang sama terjadi pada penderita kanker atau sakit lainnya.

Biaya yang dikeluarkan untuk ke dukun pun sangat ekonomis. Di Manggarai, Flores, si penderita dan keluarganya hanya membawakan sebungkus gula pasir atau sebungkus rokok jika dukunnya laki-laki. 

Para dukun pun tak meminta lebih. Jika penderita sakit dan keluarga berbaik hati, mereka biasanya memberikan beberapa lembaran uang. Namun, para dukun lebih banyak menolaknya.

Dengan kenyataan di atas, kebanyakan orang yang berdomisili di kampung-kampung Manggarai lebih senang berobat ke dukun daripada ke dokter atau puskesmas terdekat. 

Selain karena urusannya tidak terlalu ribet, biaya pengobatannya juga murah meriah dibanding berobat ke dokter atau ke puskesmas. Misalnya saja, jika seorang kampung yang bekerja sebagai petani menderita kanker berobat ke dokter, ia dan keluarganya pasti tak sanggup untuk membayar biaya pengobatan yang tergolong mahal. 

Meski pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk mengatasi persoalan seperti ini, misalnya melalui program BPJS, mereka tetap tak berdaya.

Kebanyakan mereka memang mempunyai BPJS, tapi tidak tahu dan tidak mampu menyimpan uang ke BPJS setiap bulannya, sehingga saldonya tetap kosong.

Mereka berpikir bahwa BPJS itu kartu jaminan gratis, yang mana kita tak perlu menyicil untuk menyimpan uang di BPJS tiap bulannya. Apalagi sekarang tunggakan BPJS dinaikkan, mereka pasti tidak pernah menggunakannya.

Permasalahan lain adalah pengobatan ke dokter atau rumah sakit membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh dan memiliki urusan administrasi, yang bagi orang kampung di Manggarai, bertele-tele.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun