Mohon tunggu...
Hendra Kumpul
Hendra Kumpul Mohon Tunggu... Lainnya - Ro'eng Koe

Sedang Belajar Menulis ndakumpul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selibat untuk Imam Katolik, Masihkah Mungkin?

12 Mei 2020   19:42 Diperbarui: 12 Mei 2020   19:48 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus.hidupkatolik.com

Hal ini didukung oleh penelitian yang menyatakan sebanyak tiga kali dalam dua puluh empat jam setiap lelaki akan memiliki keinginan dan kebutuhan untuk "mengosongkan" produksi sel sperma melalui masturbasi atau melakukan hubungan seksual (Deshi Ramadhani, 2010: 202).

 Ada juga penelitian lain yang menjelaskan  bagian otak yang bertanggungjawab atas pengalaman keagamaan merupakan bagian yang bertanggungjawab pula atas orgasme seorang laki-laki. Maka, seyogianya aktivitas seksual merupakan sesuatu yang wajar dilakukan atau bersifat kodrati. 

Bersamaan dengan anggapan seperti ini muncul pula stereotip yang melihat selibat sebagai sesuatu yang anti kodrati atau melawan kodrat. Karena itu, memilih selibat merupakan suatu cara atau panggilan hidup yang sia-sia.

Namun secara serta merta, Deshi Ramadhani, SJ melalui bukunya Adam Harus Bicara membantah argumen di atas (Deshi Ramdhani, 2010: 207-209). Ia menegaskan, selibat bukanlah sebuah cara hidup "melawan" kodrat melainkan "melampaui" kodrat. 

Pernyataan ini didasarkan pada perkataan Yesus sendiri tatkala orang-orang Saduki menanyakan kepadaNya perihal kehidupan sesudah kematian. Argumen ini berangkat dari pernyataan Yesus sendiri untuk menjawab pertanyaan orang Saduki tentang kebangkitan (Matius, 22: 23-33). Orang Saduki tak percaya akan adanya kebangkitan. Karena itu, dengan menganalogikan seorang perempuan yang telah diperistri tujuh orang, mereka menanyakan kepada Yesus "siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan?" (Matius, 22:28). 

Yesus menjawab mereka, "kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah! karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di surga" (Matius, 22:30)

Hemat saya, perkataan Yesus yang digaris miring di atas mengindikasikan dua hal. Pertama, ada kebangkitan atau kehidupan baru setelah kematian. Kedua, manusia tidak lagi kawin dan dikawinkan pada kebangkitan. Dengan demikian, realitas tidak kawin dan dikawinkan merupakan suatu kekhasan hidup setelah kematian (kebangkitan).  Secara bersamaan bisa disimpulkan bahwa selibat (demi Kerajaan Allah) merupakan cerminan hidup sesudah kematian.

 Kaum klerus yang selibat, selibater, ingin menunjukkan kepada dunia suatu kehidupan adikodrati yang ada setelah kematian. Mereka ingin menawarkan kepada manusia  yang mendewakan  seksualitas suatu cara hidup yang ditandai oleh kenikmatan surgawi, meski membutuhkan "tarak" sepanjang hidupnya.

Selibat: In Persona Christi
Efesus 5:22-23 menganalogikan hubungan Kristus dan Gereja-Nya sebagai hubungan suami-istri. Di sini, Rasul Paulus mengajak para istri untuk taat pada suaminya "karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat." (Ef. 5:23). 

Pernyataan Paulus ini mau mengindikasikan Yesus adalah suami sedangkan anggota gereja dan kaum klerus merupakan istri-Nya.

Namun di sisi lain, teologi Katolik mengajarkan ketika  seorang imam mempersembahkan misa, ia melakukan in persona Christi. Dengan demikian, seorang imam yang selibat melakukan peran sebagai istri yang dikasihi Yesus sebagai suaminya serentak sebagai suami dalam memimpin misa karena menjadi representasi Kristus yang mencintai Gereja sebagai istri-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun