Mohon tunggu...
Hendra Josuf
Hendra Josuf Mohon Tunggu... Lainnya - berdiam di new york city, usa

sekolah tinggi bahasa asing di tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gerimis Seharian di Musim Gugur

29 Oktober 2024   10:06 Diperbarui: 29 Oktober 2024   10:06 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti biasa, sebelum pergi, dia cepat2 memeluk lagi  sembari mencium keningnya.Sayang pujaan hatinya pake masker.Jika tidak ceriteranya lain lagi.Budi sudah benar2 kalap.Dia tahu tidak sepantasnya  dia lakukan itu.Tapi dia sudah kepalang  mabuk asrama.Eh, salah, asmara.

Ada juga moment berkesan lainnya di musim Winter. Kebetulan saja hari itu dia lewat di sekitar kantor dr.Mei dimana badai salju sedang ngamuk.Lalu lintas pada macet di serbu salju, mobil2pun jarang kelihatan.Kalaupun ada, jalannya ter-seok2 diatas tumpukan salju.

Sekitar satu blok dari kantor dr.Mei, seseorang berusaha keluar dari  mobil sedan kecil.Salah satu tangannya menggengam  payung merah dan  hendak melangkah keluar dari pintu mobil.

Begitu Budi mendekatinya, eh, ternyata, dia dr.Mei.Budi dengan cepat merenggut  payung itu,  membantunya keluar dari mobil.Dari situ dia menemaninya  berjalan pelan, di bawah siraman hujan es.Hembusan angin kencang membuat payung itu terbalik menghadap keatas.

Mau tidak mau dia kuatkan genggamannya.Sedang tangan satunya memeluk erat sang dokter.
Tiba di depan pintu, dia tak kuasa lagi menahan diri.Tidak dengar ucapan terima kasih perempuan muda itu.Dia kecup dahinya yang dingin lalu berlari kecil meninggalkannya.

Lamunan Budi buyar disaat  mendengar pekikan burung2 yang  bertengger diatas lampu jalan dekat garasi.Dia lihat ada sebuah mobil berusaha parkir  ketika itu.Modelnya mirip dengan mobil puterinya.Tapi dia tidak terlalu fokus.Kembali kenangan itu mengusiknya.

Dia masih ingat hari terahir dia menemui dokter Mei, menjelang kepindahan mereka ke Williamsburg, Virginia.Seperti biasa, mula2 mereka bahas soal penyakit.Dan di akhiri dengan personal issue.Councellornya nampak tenang dan santai mendengar, meski dia tidak dapat menyembunyikan kesedihannya.Namun  dia masih bisa menatap Budi dengan sayu.

"Bud, you get to go.I've healed you.Your health is much better now.I understang how you fell.I get the same feeling too.But I'm your doctor.And I have to do my job proffesionally.Sorry if we have mixed  it with personal issue.From now on, let's forget it.I promise, all the sweet ones, only for us.Between you  and me.Secreet,"

 Budi masih terdiam, pandangan matanya mulai kabur, ditengah  keheningan berkepanjangan.Akhirnya dr.Mei memecah kebisuan itu.

"Please,Mr.Budi, just let it go.We've families to tace care,"

"i know.But I don't want to loose you," Budi setengah berteriak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun