Deringan cellphone membuat lamunanku buyar. Sampai2 tidak tahu mengapa aku berada disitu.Aku baru sadar  ketika kudengar suara Lina memberitahu bahwa  dia telah nunggu di  exit 18.Aku secepatnya meluncur kedepan.Dari jauh sudah kukenal bentuk tubuhnya di temani seorang remaja lelaki.Begitu sampai, tak sadar kami berangkulan tanpa basa-basi.Selesai, kupandangi wajahnya, masih tetap seperti dulu, meski sudah berusia  lanjut.
"Gimana kabarmu?" tanyanya
"Baik, terima kasih,"
"Oh yah, ini cucuku, Ridwan.Dia yang selalu temani aku sejak opanya meninggal,"
"Oh, very good.Ridwan, aku Om Alex, teman kuliah almarhum Opamu," sekilas senyum  kolantarkan kearah Lina.
"Senang berkenalan Om,"
"Kog, bisa2nya kalian  kemari di musim dingin?" tanyaku
"Soalnya  Ridwan pingin lihat salju,"  Lina yang jawab.
"Kebetulan kalau gitu. Diluar salju sedang  ngamuk.Ayo...!!!"
Tiba di trotoar, kulihat  istriku  sudah berdiri  nunggu kami.
"Kenalkan istriku, Desy.Dia telah banyak membantu aku di New York,"