"Kau tak perlu kuatir padaku," balasnya tersenyum sambil menatap keatas langit hitam berawan.Angin  bertambah kencang hingga membuat rambutnya berantakan.
"Terima kasih.Gimana acara Posma nya tadi pagi?"
"Biasa. Seniornya gantian gojlok  kami,"
"Yeah, mereka hanya mau balas dendam atas perlakuan senior mereka dulu,"
Kataku menghibur.Tahun itu, Lina sedang mengikuti masa orientasi mahasiswa di Unika Atma Jaya.Kebetulan aku salah seorang seniornya.Namun kami tetap jaga jarak.Tidak mau perlihatkan  personal feeling.Aku biarkan aja acara berlangsung  seperti biasa.Namun perasaanku kadang tidak enak melihat teman sekelas, selalu berusaha mendekati Lina.Ini telah aku sampaikan pada Lina sendiri, tapi jawabnya selalu sama.
"Trust me katanya, nothing gonna happen," kadang dia ngomong Inggris.Maklum kami ngambil jurusan yang sama.
Malam yang tadinya bersahabat, nyatanya berubah.Hembusan angin semakin kencang di sertai kilat dan  guntur ber-sahut2an.Tak lama kemudian, gerimis  jatuh satu persatu.Aku tengok sana sini, cari taxi atau becak, tapi tak satupun yang nongol.Untung rumah Lina tidak jauh dari gereja.Tapi tetap saja kami basah meski tidak  sampai kuyup.Begitu sampai di rumah, Lina tergopoh-gopoh permisi, namun sempat kutarik tangannya membuat dia kaget  tersentak.
Pakaiannya yang basah seketika ada di pelukkanku sembari kukulum bibirnya.Matanya terbelalak di depan mataku.Pasti dia shock, tapi perlahan mata iu redup dan terpejam.Aku tidak berhenti, malah membuatku tambah beringas.Rasanya aku melayang ke langit 17.
Esok petangnya, kebetulan malam minggu, aku sudah siap2 wakuncar(wajib kunjung pacar) lagi.Pakaian favoriteku udah mulus  kusetrika.Tak lupa kusemprot ketiakku dengan eodoran.Mulut juga kubersihkan dengan Lesterin warna hijau.Pendeknya aku sudah,jaga2 kalau nanti kami ngok  lagi.Namun apa yang terjadi? Apa yang kuidam-idamkan semuanya berantakan sewaktu sampai di depan rumah Lina.Sebuah sepeda motor Vespa keluaran terahir terparkir manis dekat pintu pagar.Instick aku cepat berkata, itu sepeda motor Denny, si berengsek, teman kelasku.Jelas dia sudah ngebet ama Lina.Padahal dia tahu, semua orang tahu dia adalah pacarku.
Kuusahakan berpikir positif, sampai  kuinjak ruang tamu.Namun apa yang kusaksikan membuat darahku mendidih.Mereka kudapati  pegang tangan  dan duduk mesra berdampingan sambil nonton tv.Darahku seketika naik di ubun-ubun.Kucoba tenang dan ber-pura2 santai sambil cari bahan omongan.Tapi nampaknya si Denny udah tahu situasi lagi gawat makanya dia cepat2 pamit.
Dan malam itu perang mulutpun tak bisa di hindarkan.Beberapa kali aku berkata kasar, tapi tak pernah dia hiraukan.Ku ejek dia ber-tubi2: