Memasuki musim panas di AS, kami berdua  sebagai Opa dan Oma, banyak meluangkan waktu di New York City, ini di karenakan banyaknya acara yang di adakan ipar2 kam disana.Kalau bukan pesta ulang tahun keponakan2, bisa juga perayaan hari Perkawinan mereka  yang kadang  saling berdekatan.Jadi mau tak mau kami harus hadir menampakkan wajah.Namun ditengah kesibukan itu, biasanya  terselip hari2 kosong, tanpa  di rencakan  hingga dapat  di gunakan buat ngelencer ketempat wisata atau berbaur dengan turis2 asing di tengah icon kota NYC.
 Contohnya, pada minggu kedua di bulan Juni 2023 lalu,  kami pakai bernostalgia di kota Manhattan.Kota tempat kami mula2 berjibaku ngantar koran New York Times di waktu subuh, selagi orang2 sedang terlelap di bawah selimut tebal menahan dinginnya musim Winter.Kota ini tak kenal capek dan bergairah kembali setelah di terpa covid 19.
Jalan santai  kami mulai dari  W 68 str  ke arah nomor2 kecil di sepanjang 5th Avenue.Cuaca yang berangsur lembut petang itu, di tenggarai dengan hembusan angin sejuk walau kering dari sebelah kiri kami dimana taman luas ini terbujur dari ujung ke ujung di tengah pulau/kota Manhattan.
Tiba di dekat hotel  mewah Plaza di 58 str, kami beristirahat sedjenak.Di sudut jalan nampak seekor kuda besar kekar berwarna coklat mengkilap sedang berdiri dengan pongah celingak celinguk.Dibelakangnya ada  sebuah tempat duduk berbentuk sofa lebar dan sedang di duduki  oleh "Sang Sopir", maklum belum ada carteran.Nunggu sambil istirahat.Agak ketengah dari pintu masuk taman terdapat sebuah tugu perunggu keemasan dari patung seorang general terkenal di jaman perang saudara Amerika Serikat, yaitu General William Tercumsen Sherman(1820-1891), di pahat oleh August Saint Gardens, dan di resmikan di tahun 1903.
Istriku terlihat amat kagum dengan karya seni termahsyur ini, namun sebenarnya  apa yang dia  lihat, tidak sama dengan apa yang aku lihat.Jadinya kami menatap obyek serupa, namun memantulkan  persepsi yang berbeda.Aku yakini  itu, karena dari tunpukan pengalaman kami  di NYC,  tanpa di "paksa" meloncat keluar satu persatu dari kepalaku.Mata yang mulai letih dan kabur, perlahan mengubah  kelembutan sore  menjadi malam  suram dan kelabu.Terbayang salju2 tebal  pada menempel di atas patung berkuda itu,juga mubil2 yang terparkir di sisi kanan jalan, ataupun tiang2 listrik yang tadinya berwarna hitam, berubah menjadi putih berjejer  berusaha menerangi sekitarnya  dengan bola lampu redup di bungkus  salju.
Ditengah perapatan W 58/59 str dengan 5 th Ave; bila lampu lalu lintas jadi merah, maka beberapa  wanita WTS  berlari  keluar dari pojok2 dengan jaket2 tebal berbulu, mendekati mobil yang sedang berhenti  menawarkan diri, mengajak tidur tentunya.Masak sih ngajak minum kopi?Terlihat berbagai macam ras,  ada kulit putih, chinese, hitam, kuning dan lainnya.Ada juga wts yang  agressive, mungkin karena kepepet, dia si cewek bule, segera membuka mantel bulunya bagian atas hingga memperlihatkan kedua "semangka"yang pasti  besar.Wihhhhhhhh!! Kebanyakan lelaki, tua muda seketika itu juga melotot dan  terangsang, secepatnya  menyuruh dia naik ke mobil lalu tancap.
Aku sih, nonton aja sambil sekali2 hirup kopi hangat berukuran kecil.Pekerjaan  sebagai  kurir antar surat dari Indo, memaksa  aku menunggu sampai kantor  buka.Dan pagi itu aku datang terlalu cepat hingga harus nunggu lebih dari 2 jam.Transaksi esek2 yang berlangsung super kilat di sekitar patung itu, masih terpatri di otakku.Saat itu aku bayangkan betapa serunya pergumulan kedua manusia berlainan jenis itu di tengah dinginnya cuaca kota.
Tiba2 tanpa aku sadari tanganku di gaet dari samping,dan kulihat seorang gadis bermata sipit berjaket putih, dan memakai penutup kepala warna jingga, tersenyum manis ke arahku;
"Massage mister," ajaknya.Tangannya masih menggengam lenganku.
Aku jadi gegalapan, mencoba tersenyum dan menolak.Pikirku, dari mana saja tuyul ini lewat.Sama sekali  tidak tahu kapan dia muncul.
"I .....cant, I'm still working,"
Si cewek china mah tidak peduli.Tanganku di tarik pelan menuju ke arah sebuah taxi kuning dekat situ.Aku yang masih kebingunan, terasa di cocok kaya lembu, tak berdaya terus terang.Dan setelah mutar2 sekitar 10 menit, si cewek minta turun dan memintaku bayar taxi plus tip.Sialan, pikirku.Selanjutnya kami menuju ke lantai atas, menjumpai deretan pintu apartment dengan angka 200 an.Tiba di depan pintu  pojok, si gadis mengeluarkan kunci lalu membuka lebar pintunya mempersilahkan aku masuk.Di dalam aku terkejut melihat jejeran  tempat2 tidur kecil yang hanya di tutupi gorden bewrwarna-warni.
Aku ber-tanya2 dalam hati:
"Gimana yah, kalau mereka sedang main?Pasti kelihatan dari luar,"
Si cewek  rupanya dapat membaca pikiranku lalu berkata tanpa di minta:
"Don't worry.Nobody sees us, or disturbs."
Aku menggangguk aja, lalu bertanya:
"How much?"
Dia menunjukkan jarinya seraya  siap2 lepas pakaiannya satu persatu.
"$ 40.00"
Sewaktu dia hendak melepaskan bra, aku dengan sigap mencekal tangannya sambil berkata:
"No miss, enough,"
Eh, tangan lainnya mencoba memelorot celana dalam yang sudah hampir lepas.Aku cegah lagi, kataku sedikit keras;
"No, you don't have to do that,"
"So what???? You pay me,"
Aku tidak menjawab, sebaliknya ku rapihkan pakaiannya kembali.Setelah itu kurebahkan badanku yang cukup lelah di kasur empuk.Mataku yang sudah mengantuk, coba kupejamkan lalu bertanya:
"You get coffee or tea?"Dia mah tak menjawab, langsung melompat mengambilkanku secangkir tea yang masih mengepul.Aku mulai melayang tertidur.Terasa si cewek turut pula merebahkan tubuhnya  di sampingku.Setelah itu rambutku mulai dia belai  lalu  berbisik.
"Where  you from?"
"Mexico," jawabku berdusta
"Your name?"
"Carlos," aku comot aja nama spanish.
Mataku kubuka pelan, lalu bangkit menghirup sekali lagi teh panas.
"And you?" tanyaku
"I'm Tina, from China,"
"You get kids Tina?" aku pancing
"Yes, two in Hongkong,"Â
Sekilas kulihat kerutan sedih di wajahnya, tapi kucoba tak kU hiraukan.
"Are you okay?"
Dia mengangguk pelan, tapi nampak jelas matanya berair.
"But you don't seem to be okay.Is something wrong?"
Dia terdiam, aku juga, cukup lama.Kemudian dia berkata pelan:
"My daughter got sick. And we don't have enough money for the doctor,"
"And your husband ?"
"We've divorced. He left,"
Kami terdiam lagi.Kudengar bunyi beker di sebelahku berdetik keras.Kami masih hanyut  memandang keatas.Dari balik gorden, kulihat  pagi yang mulai menanjak.Ketika ingat akan surat yang belum ku antar aku segera bangun lalu mengeluarkan uang dari dompet sebesar $ 80.00"
"I hope your daughter will get well soon,"
"Thank you  very  much, sir,"
"Call me Carlos,"
Aku beranjak cepat2, sementara Tina mengantar aku sampai di pintu.Tiba di luar hari sudah bertambah terang, tapi masih ada waktu 30 menit sebelum kantor di buka.Aku menoleh ke belakang disaat kudengar namaku di panggil.
"Carlos....!!!!!Gracias(terma kasih), bye.....!!!!"
Ku lihat Tina masih berdiri di depan pintu sambil melambaikan tangannya.Aku ingin membalasnya dan  berkata"Sama2".Tapi aku tidak tahu bahasa Spanishnya.Jadi aku tersenyum saja sambil melanjutkan langkah.Terbesit di pikiranku, gimana kalau dia ngibul yah?Tapi secepat itu aku sadar;lebih baik aku ambil positifnya saja.Sekali2 nolong orang tidak ada salahnya.Dia juga telah berusaha.Sama saja pikirku lagi.Dia jual diri demi anaknya di Hobgkong.Aku jual tenaga demi kedua anakku di Indo yang sebentar lagi akan nyusul kemari.
Tiba2 terasa ada orang memegang pundakku lalu kudengar:
"Ayo Pap, kita lanjutkan jalan,"
Tertegun kulihat wajah istriku dan  pagi itu berubah menjadi sore kembali.Namun sore  telah berubah jadi petang jelang malam.Lampu2 jalan dan hingar bingar kota telah mulai nampak.Sisa2 senyum yang kutujuknan pada Tina, ku arahkan ke istriku yang  sedikit curiga menatapku.
"Ayo, sedikit cepat.Sudah malam."
Aku mengangguk pelam.Kucoba mengayun  kaki kanan yang telapaknya sakit dan bengkak.Istriku yang juga pincang membimbing lengan kananku, sedang tangan kirinya mendorong kereta penyangga.
Rasanya kami menyongsong sisa2 hidup kedepan.Pelan atau lambat akhirnya kita juga akan tiba di tepian.Cuman tidak tahu siapa diantara kami akan duluan sampai disana.
Aku tak mau memikirkannya.Itu urusan Dia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H