Masih tetap memancar
Tidak akan kubiarkan mereka redup
Tiba2 kertas kumal itu di perciki dua tetes air mata.Eh, Budi nangis......!!!!
Dia berbalik lagi kearah jendela.Pemandangan di luar masih kelabu.Angin tambah kencang menerpa  kaca jendela.Serpihan2 salju juga banyak menempel disana.Di saat dia akan berlalu,sempat dia lihat sebuah payung merah melintas pelan menyeberangi jalan.
Ini membuatnya tersenyum kecil.Mengingatkan satu sore menemani dokter Chen pulang kerumah menggunakan  sebuah payung ber warna merah.Karena payungnya  kecil, mereka berjalan saling merapat  membuat  jantungnya berdegup keras.Dan disaat teman wanitanya pamit, dia sudah tak tahan lagi  hingga memeluk dan menciumnya  dengan cepat.
Tak disangka bibir Budipun di lumat sebentar lalu di lepas perlahan membuatnya terasa melayang ke langit ke tujuh belas.Dia pandangi terus karibnya yang ber-lari2 kecil  memasuki hall lebar.Setelah itu dia berlari keluar gedung di tengah hujan lebat lalu berjingkrak ke girangan.Payungnya pun dia tidak hiraukan melayang di terjang angin keras.
Seketika terbesit senyum lebar di wajah Budi mengingat moment itu.
"Puji Tuhan.Terima kasih dr.Chen.Kau telah mengobati batin dan jasmaniku.Libidoku ternyata  masih bagus.Syukur belum  terjangkit penyakit B.M.W (Burungnya Menneng Wae)
Senyum Budi semakin  lebar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H