Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gencatan Senjata dan Strategi Perang Sun Tzu

29 November 2023   18:36 Diperbarui: 29 November 2023   18:36 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sun Tzu (sumber: shutterstock via kompas.com)

Gencatan senjata, kiranya telah menjadi perilaku klasikal dalam sebuah perang atau pertempuran. Pada sesi "jeda" bertempur ini, justru kerap tersaji berbagai strategi yang kemudian muncul sebagai upaya mengakhiri perang. Termasuk upaya diplomasi politiknya.

"Strategi perang selalu berkembang seiring keadaan yang terjadi di medan pertempuran", demikian kiranya ungkap Sun Tzu dalam The Art of War. Sebagai seorang ahli perang berkebangsaan China klasik, Sun Tzu merepresentasikan perang menjadi sebuah karya seni.

Karya seni yang dimaksud tak lain adalah perihal strategi perang dari setiap kubu yang berkonflik. Tanpa harus menyebutkan secara sistemik besar kekuatan persenjataan militernya. Dimana Sun Tzu telah mendeskripsikan analisisnya sekitar abad ke 5 SM.

Skala kuantitas pasukan, dianggap belum mampu menjamin kemenangan bagi sebelah pihak. Jika para panglima perang tidak memiliki kecakapan dan kualitas bertempur sebagai seorang kombatan yang memahami pertempuran.

Artinya adalah, seorang panglima perang harus turut bertempur bersama pasukannya. Bukan sekedar mengatur strategi dari istananya semata. Apalagi jika seorang panglima perang juga merangkap sebagai seorang pemimpin utama.

Seperti 5 strategi penting yang pernah diungkapkan Sun Tzu dalam relevansinya seiring perkembangan zaman hingga kini, yakni;

1. A leader leads by example, not by force

Dimana seorang pemimpin perang seharusnya mampu memberi contoh berperang yang baik, dan bukan sekedar memberi instruksi. Pernyataan yang dapat diidentifikasi serupa dengan peristiwa Perang Vietnam.

Para panglima perang tentara koalisi Amerika-Perancis, tidak terlibat langsung di medan pertempuran Vietnam. Seperti yang ditulis oleh Phillip B. Davidson dalam "Vietnam at War; The History 1946-1975". Berbeda dengan pemimpin Vietcong yang ada di setiap perang.

Jadi, secara instruktif lebih taktikal dalam memberi serangkaian serangan yang sifatnya vital. Peristiwa Serangan Umum 5 Maret 1949 dapat dijadikan bukti. Banyak diantara para pemimpin pejuang Republik yang langsung terlibat dalam suasana pertempuran di Jogja.

Walau tidak secara utuh diasumsikan sebagai taktik yang menjanjikan kemenangan. Namun, para pemimpin yang tampil memberi contoh, selalu memberi arti penting bagi moral pasukan. Khususnya dalam sebuah pertempuran yang dianggap penting.

Kita dapat ambil contoh yang paling penting, yakni ketika dakwah Rasulullah SAW menghadapi berbagai tantangan dari kaum Quraisy. Beliau selalu terlibat dalam setiap pertempuran penting ketika pasukan Muslim tengah berhadapan dengan lawan-lawannya.

2. Attack is the secret of defense, defense is the planning of an attack

Seperti halnya terjadinya sebuah serangan, merupakan rahasia dari suatu pertahanan. Pun sebaliknya, pertahanan merupakan sebuah perencanaan dari suatu serangan.

Sun Tzu mendeskrepsikan perihal strategi perang yang anomalistik. Sebaik-baiknya cara bertahan, adalah sebaik-baiknya ketika melakukan sebuah serangan.

Termasuk ketika melakukan pertahanan dalam sebuah pertempuran. Serangan balik pasukan Soviet kepada Jerman kala melakukan aneksasinya di Moscow, adalah bukti dari pernyataan Sun Tzu.

Bahkan sejak era Napoleon, Soviet berhasil mempraktikan cara bertahan dan melakukan serangan balasan dengan baik. Setelah kubu pertahanan dibuat untuk mengatasi serangan sistemik.

P.K. Ojong dalam "Perang Eropa", menjelaskan secara rinci bagaimana serangan balik tentara Soviet dapat memukul mundur pasukan Perancis dan Jerman yang lebih superior.

3. In the midst of chaos, there is also opportunity

Dengan kata lain, akan ada selalu peluang, ditengah kekacauan yang tampak. Hal inilah yang jadi catatan penting kala peristiwa Bandung Lautan Api berkobar.

A.H. Nasutioan dalam "Seputar Perang Kemerdekaan" menjelaskan bagaimana peluang dapat diambil oleh para pejuang ditengah kekacauan Bandung.

Hingga aksi Moh. Toha yang berhasil menembus pertahanan Belanda, dan sukses meledakan gudang misiu Dayeuhkolot. Apa yang dikemukakan Sun Tzu kiranya masih dapat dibuktikan saat itu.

Monumen Moh. Toha kiranya jadi saksi bisu peristiwa peledakan tersebut terjadi. Hal serupa yang tampak pada konflik di Palestina beberapa waktu  lalu. Hamas berhasil menembus blokade militer ditengah kondisi "kacau" medan Palestina.

4.Know thy self, know thy enemy

Seperti halnya mengenali dirimu lebih baik sebelum mengenali lawan secara utuh. Kunci utama dalam memahami strategi lawan secara faktual.

Seperti pada peristiwa penaklukkan Jerusalem oleh Salahudin Al Ayubi. Dimana beliau sangat mengenal siapa yang dihadapi dan memberi respect secara positif. Khususnya terhadap Raja Baldwin IV.

Geoffrey Hindley dalam "Saladdin Pahlawan Islam" edisi terjemahan, menjelaskan bagaimana perihal respect menjadi hal penting dalam menaklukkan lawan.

Mengenal siapa lawan tentu harus memahami karakter diri secara pribadi. Lantaran hal ini juga menjadi catatan penting bagi lawan dalam memahami karakter yang dihadapinya.

Khalid bin Walid, adalah sosok yang brilian dalam memahami perihal kekuatan lawan.

5. The greatest victory, is that which requires no battle

Tak lain adalah kemenangan yang dilakukan tanpa melakukan pertempuran dengan lawan. Suatu hal yang unik dalam sebuah pertikaian.

Lantaran hal ini pernah dilakukan oleh Mahatma Gandhi ketika melakukan aksi perlawanan tanpa kekerasan kepada Inggris.

Ahimsa, Swadesi, ataupun Satyagraha, menjadi simbol perlawanan kemandirian yang ikonik dan fenomenal. Selain dapat lepas dari ketergantungan politik dan ekonomi India kepada Inggris.

Kita tentu tidak lupa bagaimana perjuangan enviromentalist Chico Mendes ketika berhadapan dengan para perusak lingkungan di Brazil. Walau nyawa adalah taruhan yang jadi bayaran mahalnya.

Pun terhadap masa-masa damai. Sedianya dapat dipahami sebagai bentuk strategi dalam siasah yang dilakukan kala perang melanda.

Tak terkecuali apa yang tengah terjafi di Palestina saat ini. Politik global dan gerakan humanisme internasional dalam wujud solidaritas semakin menguat. Dengan beragam protes didalamnya.

Bukan sekedar memainkan strategi perang ala Sun Tzu dalam kecamuk konflik antar kedua belah pihak. Kita dapat lihat bagaimana kisah selanjutnya nanti.

Relevansi Art of War Sun Tzu memang tak lekang oleh zaman. Serta selalu dipakai dalam berbagai pendekatan perang yang lebih strategis dalam berbagai taktik yang modern.

Semoga perdamaian dapat terus diupayakan di berbagai area konflik. Tak terkecuali di Palestina atau belahan dunia lainnya. Salam damai, dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun