Pada pukul 07.00 WIB, pasukan Republik yang berjaga di sektor Kalimas tidak berkutik menghadapi serangan bliztkrieg dari pasukan infanteri Sekutu. Seakan terkejut dengan tembakan-tembakan besar, kehadiran pasukan kavaleri semakin membuat para pejuang tidak dapat memilih selain melawan dan bertahan.
Dari arah pelabuhan, gerakan melingkar pasukan infanteri Sekutu ternyata berhasil menjebak para pejuang yang bertahan di sektor utara. Gerakan tank-tank kelas berat Sherman juga tidak tanggung-tanggung adanya. Beberapa aksi dari pasukan Jibakutai sudah terlihat dalam peristiwa baku tembak di sekitar Kenjeran. Mereka memburu tank musuh, seraya meledakkan dirinya!
Serangan serempak yang diikuti dengan hujan artileri hampir disetiap kantong pejuang Republik. Bahkan raid terhadap lapangan terbang Morokembangan yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan Republik, akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh Sekutu pada pukul 09.00 WIB. Maka praktis, konsentrasi kekuatan udara Sekutu pun dipindahkan ke lokasi tersebut.
Sesaat sebelum Morokembangan dikuasai Sekutu, pertempuran brutal terjadi bersama para pejuang yang mempertahankan hingga nyaris hancur total. Tembakan artileri berat dari arah Tanjung Perak juga menyasar hingga garis depan pertahanan pejuang di area Viaduct dan Pasar Turi pada pukul 10.00 WIB.
Alih-alih mengusir para penduduk di area utara, justru perlawanan dari laskar PRI Ambon secara beringas terjadi bersamaan dengan aksi bumi hangus kota. Sisanya, bergerak mundur dan bergabung dengan kesatuan lain secara liar hingga menyebar ke berbagai lokasi pertahanan. Peristiwa serupa pun terjadi hingga melibatkan kesatuan Tentara Pelajar.
Selama masa eksodus rakyat, aksi para pejuang perempuan yang memobilosasi diri dalam Barisan Puteri dan Pemuda Puteri Republik Indonesia sedianya tidak dapat diremehkan. Selain berjuang mengevakuasi korban, mereka pun bertaruh nyawa menghadapi tembakan gencar dari pasukan-pasukan Sekutu.
Pada pertempuran di jembatan Ferverda, pasukan Gurkha menghadapi serangan gencar dari BKR. Dimana pada pukul 10.30 WIB, tembakan meriam dari kapal destroyer Cavallier dan Carron menghujani area vital bertarget bangunan penting di sektor kota. Peluru meriam berkaliber 45 inchi pun langsung meluluhlantakkan basis-basis pertahanan dari para pejuang.
Hingga menjelang pukul 12.00 WIB, gerakan pasukan Sekutu berhasil merangsek hingga garis depan pertahanan pasukan Republik. Pada pertempuran di sektor tengah inilah, perlawanan sengit terjadi. Walau dapat dikatakan kalah persenjataan, semangat juang dan aksi nekat arek-arek Surabaya sempat membuat pasukan Gurkha stag dalam pertempuran di sekitar Viaduct.
Pasukan Gurkha yang bergerak menuju Pasar Turi pun sempat baku tembak dengan sengit dengan laskar BPRI dan Hizbullah. Maka, Soengkono selaku pimpinan perjuangan rakyat Surabaya pun mengalihkan perhatiannya terhadap Wonokromo. Sebagai area undur diri pasukan Republik, seraya mempersiapkan trap bomb di jembatan penghubung di sekitar stasiun.
Tak lama, menjelang pukul 15.00 WIB, hujan artileri pun menghantam pos-pos pertahanan di sekitar gedung Kempeitai (Tugu Pahlawan kini). Berikut kantor Gubernur dan markas PRI menjadi target penghancuran Sekutu. Tetapi pertempuran tidak berhenti sampai disitu, karena sekitar 15 kelompok pasukan yang tergabung dalam TKR ataupun BKR beserta laskar datang meleburkan diri.
Mereka yang sebelumnya terkonsentrasi dalam beberapa sektor, justru bergabung dalam satu kekuatan besar di area Tugu. Markas Kempeitai yang telah luluh lantak menjadi area baku tembak paling dahsyat yang terjadi selama hari pertama perang Surabaya berlangsung. Hingga waktu memasuki senja, sekitar pukul 17.00, baku tembak terus terjadi, walau hujan artileri tetap terjadi.