Menjadi seorang perawat adalah suatu hal yang mulia, selain daripada tugasnya menolong nyawa, seorang perawat biasanya menjadi pionir kesehatan ditengah masyarakat. Apalagi pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Para perawat menghadapi resiko yang sama seperti pada masa perjuangan dahulu.
Perbedaannya adalah perawat saat ini tengah berhadapan dengan virus sebagai musuh utamanya, sedangkan pada masa perjuangan, seorang perawat harus bertaruh nyawa dimoncong senapan tentara-tentara Belanda.
Berjuang demi nyawa orang lain walau nyawa taruhannya. Itu harga mati bagi seorang perawat yang turut serta dalam masa revolusi fisik di Indonesia. Berada di garis depan, berbekal tandu sebagai senjatanya. Berjibaku di garis belakang, berbekal obat-obatan yang minim ketersediannya.
Emmy Saelan namanya, satu dari ribuan para perawat yang turun di medan pertempuran. Ia lahir di Luwu, Sulawesi Selatan, dan terlibat aktif pada setiap pertempuran yang terjadi disana. Ia memiliki hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Luwu, ayahnya bernama Amin Saelan, merupakan aktivis di Taman Siswa.
Emmy memiliki adik yang bernama Maulwi Saelan, pengawal setia Bung Karno. Keterlibatannya dalam revolusi fisik memang menjadi aktivitas keluarganya sejak masa merebut kemerdekan hingga mempertahankan kemerdekaan.
Perjuangan Emmy di Garis Depan Pertempuran
Salmah Soehartini Saelan adalah nama asli Emmy, ia menjalani pendidikan perawat sejak bergabung dengan Palang Merah Indonesia di Makassar. Rumah Sakit Stella Maris mencatat namanya sebagai salah satu tenaga perawat disana.
Usai kemerdekaan, aktivitas Emmy di barisan depan perjuangan pemuda tidak sekedar pandai dalam menolong rakyat yang terluka akibat aksi polisionil Belanda di Makassar. Ia turut serta dalam suatu aksi massa yang memprotes penangkapan Sam Ratulangi oleh Belanda setelah Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tidak hanya berdiam diri di Rumah Sakit sebagai juru rawat, Emmy merupakan tokoh utama dalam aksi penyelundupan obat-obatan dan peralatan medis guna keperluan pejuang-pejuang Indonesia. Namanya pun masuk dalam daftar pencarian orang oleh intelijen Belanda.
Suatu prestasi yang sangat membanggakan bagi Emmy, semangat patriotismenya semakin memuncak ketika ia masuk sebagai anggota dari Harimau Indonesia pimpinan Robert Wolter Monginsidi. Kelihaiannya menggunakan senjata juga diakui oleh para pejuang tatkala ia ikut menyergap patroli Belanda.
Kemampuannya dalam menguasai bahasa sandi juga tidak dapat dianggap remeh. Berkali-kali ia terdesak, berkali-kali pula ia lolos dari pengepungan Belanda, dengan tiba-tiba menyamar sebagai rakyat. Sandi yang ia gunakan terbilang sangat rahasia dan hanya dipahami oleh pejuang perempuan dibarisannya.
Kombatan Sekaligus Pemimpin PMI Gerilya
Kemampuannya dalam bidang keperawatan dan kelihaiannya ketika bertempur, membuat Emmy dipercaya sebagai pemimpin Laskar Wanita Makassar sekaligus mengepalai barisan Palang Merah di medan pertempuran. Selama bergerilya, ia memiliki beberapa nama samaran, seperti Basse dan Daeng Kebo.
Pada setiap pertempuran di sekitar Makassar, Harimau Indonesia memiliki peranan sentral tatkala para pejuang Indonesia memasuki fase-fase kritis suatu pertempuran. Keberhasilannya dalam melakukan serangan balik terhadap Belanda, menimbulkan kerugian yang tidak sedikit pada barisan lawan.
Suatu waktu Wolter Monginsidi memakai atribut Belanda bersama beberapa pasukan pejuang untuk masuk ke markas Belanda. Sebuah aksi militan yang membuat jatuhnya banyak korban dari pihak Belanda, ditambah dengan fasilitas-fasilitas militer yang turut serta rusak dan diledakkan.
Strategi gerilya dengan metode hit and run juga tidak bisa dianggap remeh. Sesekali menyerang dan kemudian mengundurkan diri, membuat Belanda kerepotan ketika melancarkan Agrsi Militernya di Makassar.
Emmy adalah kombatan yang tidak kenal takut dalam setiap pertempuran. Ia tidak kalah tangguh dengan para pejuang laki-laki lainnya. Siapapun pejuang yang terluka, langsung dengan sigap ia tangani agar tidak sampai menjadi korban ataupun tertangkap.
Akhir Perjuangan Sang Perawat di Medan Pertempuran
Belanda yang sudah kerepotan menghadapi Harimau Indonesia, lantas mendatangkan satuan tempur khusus yang dikomandani oleh Westerling. Depot Speciale Tropen (DST) ini adalah kesatuan yang kelak bertanggungjawab atas terjadinya pembantaian 40 ribuan rakyat Makassar.
Pada 23 Januari 1947, kampung Kasi-Kasi yang dijadikan sebagai markas gerilyanya secara tiba-tiba digempur oleh Belanda. Kesatuan DST menjadi pionir tatkala menyerang kelompok Emmy dan pejuang lainnya yang tengah bertahan pada sebuah lokasi perlindungan. Ia terpisah oleh satuan pasukan Monginsidi.
Dalam pengepungan yang dilakukan oleh Belanda, seluruh pejuang yang melindungi Emmy gugur ketika berupaya untuk mundur. Meninggalkan Emmy seorang diri yang kemudian langsung dikepung oleh puluhan pasukan Belanda.
Pada detik-detik terakhirnya ia sempat menarik seorang rekannya yang terluka cukup parah untuk sekedar menutupi luka-lukanya dengan tangan. Jiwa seorang perawatnya tidak hilang walau sudah terkepung dengan todongan senjata.
Sebuah granat yang tersisa ditangannya pun dengan cepat ia lemparkan kepada pasukan Belanda, walau puluhan peluru bersarang ditubuhnya kemudian. Emmy Saelan seketika gugur sebagai pejuang sekaligus perawat yang membawa harum namanya kelak sebagai pahlawan bangsa.
Nama Emmy Saelan begitu dihormati oleh penduduk Makassar saat ini, ditetapkan sebagai nama sebuah jalan serta diabadikan dalam sebuah monumen dimana ia gugur ketika mempertahankan kemerdekaan bangsanya.
Usianya masih 22 tahun ketika ia gugur dalam sebuah pertempuran. Tidak lain hanya untuk melihat generasi penerusnya dapat menikmati Indonesia merdeka. Juga sebagai inspirasi bagi para pejuang kesehatan yang kini tengah berada di garda terdepan menghadapi pandemi covid-19.
Salam hormat untuk para tenaga kesehatan semua. Semoga apa yang telah diperjuangkan Emmy senantiasa mampu membangkitkan semangat kita semua saat ini. Semangat untuk saling menjaga dan membantu antar sesama. Semangat untuk saling melindungi dan memahami. Agar Indonesia lekas pulih kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H