Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan, kehadirannya bisa seperti keping mata uang. Walau saling menempel, tetapi bisa yang punya sifat yang berkebalikan.
Di satu sisi, ia amat membantu pekerjaan manusia. Mempermudah proses yang bisa memakan waktu yang cukup lama dan panjang.
Namun pada sisi lain, ia juga bisa membunuh kreativitas otak dan daya nalar. Sebab terlalu menggantungkan diri pada kemampuan teknologi, menganggap itu yang paling benar.
Terus Berkembang
Beragam kemudahan ditawarkan dengan kecanggihan teknologi AI. Dari sekadar menciptakan teks-teks sederhana hingga yang tersulit dan sistematis pun bisa.
Sesederhana bentuk tulisan dalam model puisi bebas misalnya. AI dapat bekerja kilat dalam hitungan detik. Cuma perlu prompt alias perintah sederhana saja. Misalkan, buatkan puisi tentang "......." (tema yang diinginkan).
Lebih dahsyat lagi, AI bisa diperintahkan untuk membuatkan makalah atau tulisan yang bersifat ilmiah. Cukup memberikan clue alias kata kunci tertentu sebagaimana maksud dan tujuan dari yang memberi perintah. Tidak perlu berlama-lama menunggu. Hanya sekejap sudah jadi.
Kemampuan AI terus menggila. Tidak hanya berupa rangkaian kata bisa menjadi berita dan cerita. Dalam bidang grafis atau multimedia, ia pun bisa membuat gambar atau video yang terkadang ada di luar ekspektasi dari si pemberi perintah.
Bayangkan, dulu orang harus kursus dulu agar mahir. Itu pun hanya di satu program komputer tertentu. Lantas, berapa lama waktu dan biaya yang dibutuhkan jika ingin menguasai banyak bidang?
Ingin bisa menulis, ingin bisa membuat lagu, ingin bisa membuat video, dan seterusnya. Semua itu, kini kalau bisa dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.