Sejarah yang Jangan Dilupa
Menurut Walikota Surabaya Eri Cahyadi, warga Surabaya harus ingat bagaimana Surabaya berdiri saat zaman kerajaan, kolonial, hingga saat ini. Arek Surabaya perlu menguatkan semangat guyub rukun dan gotong-royongnya dan jangan sampai melupakan sejarah kotanya. "Ayo Rek, lewat Surabaya Vaganza, kuatkan guyub rukun, gotong royong, jaga persatuan, saling menghormati," kata Eri.
Setelah seremonial memberangkatkan peserta mobil hias, walikota dan jajaran Forkompinda lainnya, mereka beralih tempat mengikuti pawai. Dengan naik mobil jeep, nampak pasangan walikota mengenakan busana Manten Pegon, yang merupakan pakaian pengantin khas Kota Pahlawan. Pakaian ini adalah perpaduan akulturasi antara budaya Eropa, Arab, Cina, dan lokal Jawa. Busana ini telah diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh Kemdikbudristek RI.
Sambutan meriah ditujukan kepada tiap peserta yang mengikuti gelaran Surabaya Vaganza kali ini. Apalagi jika ada atraksi dari pengiring mobil hias. Pada titik-titik tertentu saja mereka beraksi.
Dibandingkan parade mobil hias, jeda waktu antar peserta berjalan agak panjang durasi waktunya. Ketimbang pawai budaya dari peserta yang berjalan kaki. Ada kalanya peserta harus berhenti dan menunggu giliran waktu berjalan kembali.
Deretan peserta mobil hias yang tampil di antaranya dibuka oleh Kebun Binatang Surabaya (KBS). Mereka memakai kostum menyerupai satwa sebagai simbol pelestarian hewan langka.
Ada pula dari lembaga keuangan, kampus, perumahan, BUMD, BLUD (Badan Layanan Umum Daerah), pengelola tempat wisata dan mall/retail. Misalnya LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), Bank Jatim, BRI, Unesa, Unair, Pelindo, Atlantis land, Pakuwon, Galaxy Mall, Indomaret, PDAM, Yekape dan lain-lain. Masing-masing menampilkan kreasi terbaiknya.