Bibit kacang tanah mudah dicari. Tentu yang masih berupa biji yang masih ada kulitnya. Ia bisa didapat dari membeli di pasar. Atau di toko kelontong juga bisa. Hal ini jika dirasa kesulitan mendapatkan bibit pilihan yang dijual di toko pertanian.
Tentu dari situ tinggal pilah dan pilih biji yang akan ditanam. Kacang tanah yang masih segar (tidak kisut, kulitnya masih mulus) bisa diambil. Kalau sudah keriput, atau terlalu kering, sebaiknya tidak dipilih karena ia hanya membusuk di tanah. Tidak bisa menghasilkan bakal tanaman yang baru.
Bibit yang terpilih tadi cukup dimasukkan ke dalam lubang tanah sekitar 2-3 cm. Ya, tidak usah terlalu dalam karena ia nanti akan mengakar sendiri lebih dalam. Sisanya, yang lain tumbuhnya ke atas. Memunculkan deretan daun-daun baru yang terus bertambah di atas tanah.
Nah, jarak antar lubang bisa sekitar 20-25 cm supaya pertumbuhannya optimal. Semakin dekat atau rapat sebenarnya juga bisa, tapi justru kurang bagus hasilnya. Teman makan teman nantinya, hehe...
Teknis Praktis
Untuk mempercepat tumbuhnya akar, bibit kacang tanah bisa direndam air (biasa atau yang bernutrisi) terlebih dulu selama 3-4 jam. Fungsinya juga bisa untuk mensortir ulang bibit yang benar-benar baik.
Semenjak berumur sepekan setelah tanam, perawatan tanaman mulai perlu diperhatikan. Kalau dalam tenggang waktu ini, jika ada bibit/benih yang tumbuhnya tidak baik, tak usah sayang menggantinya. Cabut saja dan ganti dengan yang baru.
Jangan lupa untuk mencatat atau mengingat kapan waktu penanaman itu dimulai. Kalau menurut literatur, kacang tanah biasanya siap dipanen setelah usianya sekitar 90-120 hari (3-4 bulan) sejak penanaman.
Tetapi secara kasat mata, ada penanda umum bahwa kacang tanah tersebut siap dipanen. Daun-daun yang semula berwarna hijau segar sudah mulai berubah. Sedikit menguning dan hampir merata dari pucuk atas hingga tangkai yang dekat dengan tanah. Atau mungkin juga makin banyak daun yang coklat mengering .