Perawatan lain tentunya adalah melakukan penyiangan atau pencabutan gulma atau rumput liar di sekitar tanah pada tanaman ini. Juga penambahan pupuk dan rajin-rajin membuang percabangan serta daun-daun yang sudah mengering.
Waluh ini bakal buahnya rupanya ada yang berjenis jantan dan betina pada satu tanaman. Pembuahan ini bisa terjadi secara alami atau dengan bantuan tangan manusia.
Secara alamiah dia bisa berbuah sendiri, namun jika faktor cuaca mendukung. Misalnya jika kecepatan angin yang tinggi dan curah hujan yang lebat, faktor kegagalan lebih tinggi. Butuh kesabaran ekstra juga jika tumbuhnya Waluh ini berada di alam terbuka.
Jika ada campur tangan manusia, perlu ketepatan dan kehati-hatian juga. Sari bunga betina dipotong pangkalnya dan dioles-oleskan pada bunga jantan. Sudah, begitu saja teorinya. Pagi hari antara pkl. 6-7, sebab di atas jam tersebut intensitas cahaya matahari sudah cukup kuat untuk melayukan bunga yang mekar.
Pada umumnya pemanenan ini bisa dilakukan ketika tanaman sudah berusia 60 hari setelah masa tanam. Â Namun waktu yang tepat ada pada kisaran 80 hari setelah tanam. Pemanenan dapat dilakukan secara bertahap 1-2 bulan kemudian.
Nah, berhubung saya membiarkan tanaman Waluh ini tumbuh apa adanya, usianya bisa mencapai sekitar 8 bulan. Dan baru pada minggu pertama Maret ini bisa mendapatkan buahnya kali pertama.Â
Prasyarat buah ini bisa dipetik (dipanen) adalah ketika batangnya sudah mengering. Dan persis seperti itulah keadaannya. Sementara, bakal buah lainnya sudah berguguran terlebih dulu. Musim hujan telah menandaskannya.
Wuiks, lama banget, ya...Pantas saja harga di pasar lumayan agak tinggi. soalnya perawatannya juga cukup ekstra dan harus sabar. Makanya, ia kadang dijual per-potong kalau ukurannya ekstra gede.Â
Ya, lumayanlah meskipun kali ini cuma dapat satu, haha.... Tetap harus disyukuri, ya... :).Â
Oke, selamat mencoba buat yang kepengin menambah pengalaman baru.