Perbedaan yang ada jika dipolitisasi dengan mempertajam identitas dalam konteks negatif, sanggup memecah belah persatuan. Benturan konflik yang terpolarisasi dalam aspek primordial akan memicu sentimen negatif sesama anak bangsa.
Identitas yang berbeda tidak mungkin dihapuskan melalui penyeragaman, karena itu semakin kontraproduktif. Persatuan bangsa bukan lahir dari penyeragaman, melainkan dari kesadaran akan  keberagaman yang saling melengkapi dan membutuhkan.
"Cinta kasih merupakan wujud nyata ajaran agama Buddha dalam menjunjung tinggi nilai pluralisme dan toleransi pada sesama manusia. Sang Buddha mengajarkan untuk melihat semua orang bagaikan kerabat terdekat kita sendiri."
Atas dasar itulah, seperti berkaca pada diri sendiri. Saat orang lain mendambakan kebahagiaan dan tak menginginkan adanya penderitaan, tak seharusnya di saat yang sama merebut kebahagiaan itu dengan cara menyakiti dan membenci mereka.
***
Konflik sebisa mungkin dihindari. Hidup harmoni bersama dalam rumah kebhinnekaan, tentu saja jadi dambaan. Namun kemungkinan gesekan pasti akan ada saja. Suatu saat akan terjadi dan berulang.
Menyelesaikan konflik dengan cara rekonsiliasi dan permaafan di antara para pihak adalah salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan. Perlu kerendahan hati untuk bisa saling berkomunikasi dan menemukan titik temu atas persoalan yang terjadi.
Pengampunan yang sejati memang tidak semata-mata melupakan kasus yang tengah berlangsung. Namun setidaknya, dengan memberi pengampunan, jalan kebaikan kembali pada keharmonisan bisa terjadi.
Selamat merayakan keindahan keberagaman dalam Hari Waisak 2022. Sabbe Satt Bhavantu Sukhitatt. Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia...
18 Mei 2022
Hendra Setiawan