Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waisak, Kemajemukan, dan Pesan Cinta Kasih Melalui Pengampunan

18 Mei 2022   18:00 Diperbarui: 18 Mei 2022   18:01 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelepasan lampion, salah satu tradisi perayaan Hari Waisak di Candi Borobudur (foto: Kompas.com)

***  

Salah satu nama yang barangkali bisa menjadi inspirasi adalah Nelson Mandela. Ia dikenal sebagai tokoh dunia dengan perilakunya yang terkenal dengan paham "forgive but don't forget!".  Maafkan tapi jangan lupakan!.

Tokoh karismatik dari Afrika Selatan ini sudah kenyang dalam kehidupan di penjara. Selama 27 tahun ia mendekam di sana. Dibebaskan tahun 1990 saat usianya sudah senja, 72 tahun.

Mandela memelopori rekonsiliasi bangsanya dengan cara 'mengampuni' lawan-lawan politiknya. Sebagai presiden terpilih kemudian, ia jusstru menunjuk F.W. de Klerk sebagai wakil presidennya. Klerk adalah presiden yang digantikannya, presiden berkulit putih di era terakhir politik apartheid di Afrika Selatan.

"Mengampuni bukan berarti melupakan," terang Mandela. Hal itu untuk mengingatkan, ada masa lalu yang gelap dan pahit. Sekarang, perlu belajar kembali agar jangan sampai peristiwa yang sama itu terulang kembali.

Memulihkan Relasi

Pengalaman hidup, entah itu baik atau buruk; suka atau duka; gembira atau sedih; kesemuanya akan terekam dalam memori alias ingatan sepanjang hayat. Memaafkan, mengampuni, tidaklah sama seperti orang menghapus file-file sampah  yang ada dalam hard disk komputer atau memori hape. Tinggal di-delete, dihapus, beres dan selesai. Kosong dan lega lagi memori yang sebelumnya penuh dengan sampah itu.

Bagaimana melihat relasi antara dua orang/pihak/kelompok yang sebelumnya berseteru telah mengalami pemulihan? Tak terlalu sulit sebenarnya. Tengok saja, apakah hubungan antara keduanya dapat terbangun/terbina lagi tanpa ada gangguan yang berarti. Jika masih ada, rekonsiliasi hanya terjadi di atas kertas atau semanis ucapan belaka.

***

Menarik untuk mencermati renungan Waisak 2022 yang disusun oleh tim Mimbar Agama Buddha dari Kementerian Agama (Kemenag) RI. Secara umum dalam konteks kebangsaan juga menyoroti soal kemajemukan yang ada di dalamnya. Etnis dan agama yang berbeda memiliki dua dimensi kontras sebagai perekat atau sumber pemecah belah.

Kemajemukan ibarat taman sari. Beraneka ragam bunga ada di dalamnya. Memperindah sehingga tidak membosankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun