Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tradisi Unjung-Unjung Lebaran, Hari Pendidikan dan Momentum Kembalinya Kebersamaan

2 Mei 2022   19:30 Diperbarui: 2 Mei 2022   19:39 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang, namanya orang tua bisa menjadi perekat kebersamaan. Biarpun dalam satu keluarga punya banyak saudara, belum tentu juga mereka bisa berkumpul jika orang tuanya sudah tidak ada.

Berkunjung kepada orang tua, sesepuh, atau orang yang dituakan dalam satu kampung adalah tradisi yang cukup baik. Di sana, setiap rombongan keluarga bisa saling bertemu. Bermaaf-maafan walau dalam kurun waktu setahun sekali secara formal.

Tak mengapa. Justru dalam kesempatan yang baik itu, banyak cerita yang bisa didapatkan. Mulai dari menanyakan kabar anak cucu atau kondis kesehatan dan sebagainya. Saling memperhatikan satu dengan yang lainnya.

Apakah perbedaan keyakinan (agama) menjadi penghalang? Sepertinya malah tidak! Momentum seperti ini justru hendak mempertontonkan adanya sikap toleransi.

Tolerare (asal kata-nya), berarti membiarkan orang lain untuk bebas memilih ideologi keimananya. Membiarkan orang lain memiliki pandangan yang berbeda sesuai keyakinannya. Membiarkan kebebasan yang dimiliki setiap orang dalam menentukan jalan hidupnya sendiri. Semua yang berbeda dengan pilihan dari yang dipilih diri sendiri.

Maaf dan Terima Kasih

Ucapan Idul Fitri dalam tradisi unjung-unjung, dalam konteks penutur bahasa Jawa, biasanya kata termudah yang dipakai adalah "Ngaturaken sugeng riadi (ari adi)..." Artinya, mengucapkan, menyampaikan, menghaturkan selamat hari raya .....  Kata belakangnya bisa bermacam-macam, sesuai  yang diucapkan seseorang.

Misalnya, dalam bahasa yang lebih santun adalah "Kula (baca: kulo) ngaturaken sugeng riadi.  Nyuwun agunging pangapura (baca: pangapuro) sadaya (baca: sedoyo) kalepatan kula . Ingkang kula sengaja (baca: sengojo) menapa (baca: menopo) mboten. Mugi-mugi saged dipun lebur ing dinten riyadi menika (baca: meniko)."

Artinya, saya mengucapkan selamat hari raya.  Mohon maaf sebesar-besarnya atas segala kesalahan saya. Entahkah itu  yang disengaja maupun tidak. Semoga (kesalahan itu) dapat melebur (ditebus) di hari raya ini.

Tapi, generasi kini, nampaknya sudah tak fasih lagi mempergunakan Bahasa Ibu.. Jadi langsung memakai Bahasa Indonesianya saja. Seperti ucapan baku pada umumnya. "Selamat Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin." Tidak ketinggalan tentunya adalah idiom "Minal 'Aidin wal-Faizin". 

Nah, selain kata-kata pengantar yang sudah jamak tadi, kalau diperhatikan, ada dua kata paling sering muncul. "Maaf", dan "Terima kasih". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun