Selain tokoh sekuler, dalam tulisan kerabian Yahudi, peristiwa besar penyaliban Yesus juga dicatat di sana. Talmud Babilonia (70-200 M) menuliskan demikian (versi bahasa Inggris). "It has been taught: On the eve of passover they hanged Yeshu . . . they hanged him on the passover."Â
Terjemahannya adalah, "Pada malam paskah (Yahudi), mereka menggantung Yeshu ... mereka menggantungnya pada hari paskah."
Kata "Yeshu" jelas mengacu pada nama Yesus. Sedangkan kata "hanged" bisa jadi sebutan lain dari penyaliban.
Â
Perlukah Membela Membabi Buta?
Kisah penyaliban Yesus memang menjadi titik fokus telaah yang krusial dan tak pernah selesai. Penganut ideologi tertentu sejak abad pertama hingga masa sekarang masih ada saja yang meragukan peristiwa penyaliban Yesus.
Berdasarkan historisnya, ini dimulai dari munculnya sekte (bidat/sempalan/aliran yang keluar dari jalur utama) Gnostik yang hidup di abad I-II. Mereka berpandangan, Yesus yang sejati adalah Yesus yang rohani, sorgawi.Â
Maka dikembangkanlah teori yang menyatakan bahwa yang disalib itu bukanlah Yesus yang sebenarnya. Hanya orang lain yang serupa dengan wajah-Nya. Anggaplah sebagai kembarannya.
Kelompok Gnostik bukannya mau menyatakan Yesus secara historis tidak mati disalibkan. Justru sebaliknya, karena Dia benar-benar mati disalibkan, maka perlu orang lain sebagai "peran pengganti"-nya. Yesus yang disembah adalah Yesus sorgawi, yang tak bisa mati disalibkan begitu saja.
Mengurutkan cerita seperti ini tentu saja akan memperkaya wawasan dan pemahaman. Sebab dalam dialog teologis sekalipun, jika sudah masuk pada ranah privat "keyakinan", pasti tak akan pernah bisa ketemu. Namanya saja "yakin", soal benar atau salah terhadap data dan fakta sejarah, itu urusan belakangan.
Paskah yang Menghidupkan