Sudah jamak diketahui bahwa bahan baku kedelai untuk membuat tahu dan tempe didominasi oleh produk impor, terutama dari AS. Nah kalau sudah tahu begtu, mengapa tidak menggunakan kedelai produksi lokal saja?
Produksi kedelai lokal (dalam negeri) masih kalah jauh jumlahnya. Selain itu secara mutu juga kalah dengan kedelai impor.
Kedelai lokal secara bentuk tidak begitu bagus. Tidak bulat utuh dan seragam.
Di samping itu juga banyak yang kopong. Sebagian di antaranya banyak yang berlubang-lubang terkena OPT (organisme pengganggu tanaman).
Kondisi yang demikian jika dipakai untuk membuat tahu dan tempe, hasilnya tidak bisa sebagus kedelai impor.
2. Produktivitas kedelai lokal tak mampu menyaingi kedelai impor
Pertanyaan selanjutnya, mengapa tidak bisa meningkatkan produksi kedelai dalam negeri? Bukankah lahan pertanian kita juga cukup luas?
Penjelasan dari praktisi, orang lapangan, para petani, boleh jadi akan membuka wawasan orang awam.
Penjelasan sederhananya begini. Kedelai itu sebenarnya tanaman subtropis. Indonesia secara geografis berada di wilayah iklim tropis.
Jadi meskipun kedelai bisa ditanam, dibudidayakan di sini, tetapi hasilnya tidak sebagus jika sesuai dengan habitat tumbuhnya. Makanya kualitas kedelai lokal ukurannya lebih kecil ketimbang kedelai impor.
Produktivitas kedelai di Indonesia hanya mampu menghasilkan 1,5-2 ton per hektar. Sedangkan produktivitas di AS bisa mencapai 4 ton per hektar.