Misalnya bahasa Jawa tadi. Orang yang tinggal di luar negeri bisa mempergunakan Bahasa Ibu-nya. Bukan semata orang Jawa yang tinggal di Jawa.
PBB menetapkan peringatan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat dunia untuk bisa melestarikan sekaligus melindungi bahasa lokal yang digunakan sejak lahir. Walaupun ada beragam bahasa di dunia, namun PBB hendak memproklamasikan persatuan melalui keragaman bahasa.
Awalnya hal ini melalui mandat dari badan PBB, UNESCO (1999) yang berusaha untuk melestarikan perbedaan budaya dan bahasa sebagai penggerak toleransi antar sesama. Hal itu dipandang penting karena keberagaman bahasa keberadaannya mulai terancam dan makin banyaknya bahasa yang hilang.
Secara global, 40% populasi tidak memiliki akses pendidikan karena tidak menggunakan atau memahami bahasa yang digunakan. Karena itu, UNESCO bersama PBB terus membuat kemajuan di bidang pendidikan, khususnya multibahasa.
Diharapkan, masyarakat bisa hadir melalui bahasa yang mereka gunakan. Sekaligus melestarikan pengetahuan dan budaya tradisional secara berkelanjutan.
UNESCO percaya pendidikan berbasis bahasa harus dimulai sejak usia dini. Selain itu, penggunaan teknologi untuk pembelajaran multibahasa juga bisa memiliki peluang, namun juga sekaligus menjadi tantangan.
Oleh karena itulah maka tema Hari Bahasa Ibu Internasional 2022 adalah: "Menggunakan Teknologi untuk Pembelajaran Multibahasa: Tantangan dan Peluang." Tema ini bermaksud untuk mengangkat peran teknologi dalam memajukan pendidikan multibahasa serta mendukung pengembangan pengajaran yang berkualitas.
                                  Â
Bahasa Ibu, Sengaja Ditinggalkan (?)
Omong-omong soal Bahasa Ibu, sebagai orang yang lahir di tanah Jawa, bahasa Jawa tentu saja menjadi Bahasa Ibu bagi saya. Namun jujur saja saya malu kalau ada pakar Bahasa Jawa yang ternyata berasal dari luar negeri. Ia justru lebih pintar berbahasa Jawa ketimbang orang Jawa asli.
Flashback, ini kisah nyata. Peristiwanya sudah lama, lebih dari dua dekade. Sebutlah namanya, Dr. Christian Gossweiler. Pria kelahiran Pforzheim/ Baden, Jerman yang sudah jadi WNI ini justru tampil menjadi pembicara utama dalam salah satu seminar/talk show di Surabaya. Kebetulan saya mengikuti acara yang juga diliput beberapa media lokal.