Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ciplukan, Si Kecil yang Ternyata Mahal Harganya

15 Juli 2021   17:00 Diperbarui: 16 Juli 2021   04:00 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia tentu surganya buah, walau sebenarnya tak semuanya juga asli varietas Nusantara. Sementara, tak banyak yang tahu juga kalau setiap tanggal 1 Juli ada yang namanya Hari Buah Sedunia atau International Year of Fruits and Vegetables (IYFV) atau International Fruit Day (IFD).

Nah, ada salah satu buah yang sangat akrab, namanya Ciplukan. Ada yang pernah tahu buah kecil yang terbungkus dalam kelopak bunga seperti lampion ini? Rasanya manis kalau sudah matang.

Dulu, tanaman ini dianggap liar, pengganggu. Tapi kini dan di luar negeri khususnya, ia jadi bernilai tinggi. Rerata harga per ons (100 gr) sekitar 30.000 rupiah. Harga perkilo ada yang mencapai lebih dari Rp 500.000.

Biasanya kalau musim penghujan, ia cepat sekali tumbuh. Kalau kebetulan ada benih yang terbawa burung, tak perlu cari bibit untuk menanamnya. Ia bisa ada alias tumbuh dengan sendirinya.

Saking cepat dan masiifnya, ia juga banyak dicabut dan dibuang. Dianggap tak berguna dan dapat membuat tanaman lainnya jadi terganggu pertumbuhannya.

Bahan Aktif

Ciplukan secara ilmiah masuk ke dalam famili Solanaceae. Secara fisik, buahnya bulat mulus seperti tomat yang baru berbuah.

Memiliki nama latin Physalis Angulata L, dalam bahasa lokalnya disebut bermacam-macam. Ia disebut Cecenet di Sunda, Nyonyoran di Madura, dan Kaceplokan di Bali. Sementara di Sumatera disebut Leletep atau Dedes. Kalau di Inggris disebut Morel Berry.

Meskipun di Indonesia, tanaman ini banyak dijumpai, tapi ternyata ia aslinya dari Amerika Selatan. Di sana disebutnya Ground Cherry. Kemudian menyebar ke Asia Pasifik, Australia dan akhirnya masuk ke Indonesia.

Tanaman dataran rendah dan kondisi lembab yang banyak dijumpai di area persawahan ini ternyata buahnya mengandung banyak nutrisi. Ia mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Dua bahan terakhir disebut ini berfungsi sebagai antioksidan.

Bahan aktif lain yang mengandung antiinflamasi, dapat berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri karena radang sendi, asam urat, nyeri otot, hingga wasir.

Ciplukan juga dilengkapi dengan vitamin C, alkaloid, steroid, asam palmitat, dan asam stearat.

Penelitian Ilmiah

Hasil penelitian herbalis menyimpulkan, bagian buah, daun dan akar ciplukan juga banyak mengandung senyawa alami yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Di dalamnya terdapat asam malat, asam sitrat, fisan alkaloid, tanin, kriptoxantin, vitamin C dan gula alami.

Kalau kelopak bunganya masih berwarna hijau, berarti ia belum matang. Jadi rasanya agak pahit dan asam. Kandungan saponin dan alkoloid yang ada di dalamnyalah yang membuat rasa pahit pada buah ini. Namun demikian, dua kandungan inilah yang berperan sebagai anti tumor dan menghambat pertumbuhan kanker, terutama kanker usus besar.

***

Data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) menyebutkan, ciplukan bisa digunakan sebagai pengobatan untuk beberapa penyakit. Misalnya bisul, gusi berdarah dan kencing manis.

Sementara masyarakat umumnya memanfaatkan buah ciplukan untuk obat bisul, luka, konstipasi hingga masalah pencernaan.

***

Beberapa penelitian menemukan khasiat lain buah ciplukan adalah untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Di samping itu juga menjaga jaringan otot, merawat kepadatan tulang, hingga mencegah infeksi.

Bagi yang memiliki masalah dengan berat badan, bersantap buah ciplukan secara rutin, bisa mengurangi penyusutan. Nilai kalorinya yang rendah (53 kal./per-100 gram) menjadi penyumbang nutrisi yang besar tanpa khawatir terbentuknya lemak tinggi.

Dengan begitu, ia juga bagus untuk menjaga keseimbangan kolesterol dan membuat jantung sehat karena mengandung asal oleat dan linoleat.

***

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) lewat penelitian Cancer Chemoprevention Research Center, menemukan ekstrak ciplukan sebagai bahan obat yang mampu menginduksi apoptosis (kematian) pada sel kanker payudara.

Tak hanya buah, akar dan daun ciplukan memiliki khasiat untuk melawan penyakit. Akar ciplukan berkhasiat sebagai obat cacing dan penurun demam. Daunnya bisa mengatasi busung air, patah tulang, borok, bisulan, keseleo, nyeri perut, penguat jantung, dan kencing nanah. Sementara buahnya dapat dijadikan obat epilepsi, jantung, susah buang air kecil.

Pemanfaatan di Luar Negeri

Sementara itu, di luar negeri, misalnya di Taiwan, buah ciplukan diolah menjadi racikan obat tradisional. Ia dipakai untuk mengobati diabetes, asma, malaria hingga hepatitis.

Di Peru, daun dan buah mungil ini pemanfaatannya sebagai obat penyakit hati, malaria, dan hepatitis. Di Afrika Barat, sering digunakan untuk menyembuhkan kanker.

Di Amerika (lembah Amazon) sendiri, buah ciplukan biasa diolah menjadi jus. Jus ini dimanfaatkan sebagai obat penenang, pembersih darah (depuratif), anti-rematik hingga mengobati sakit telinga.

Pantas saja harganya jadi mahal di supermarket. Khasiatnya ternyata banyak. Lha, di sini malah dibuang percuma, wkwk... Jadi sebenarnya petani kita juga bisa kaya kalau bisa mengelolanya dengan baik.

Tak Kenal Tak Sayang

Anak masa kini, yang di kota besar barangkali asing dengan nama buah ini. Ternyata ada untungnya dulu pernah sekolah di lingkungan setengah desa setengah kota.

Lingkungan sekoah yang "mewah" alias mepet sawah tanpa batas tembok. Lingkungan kawan-kawan yang suka demen menjelajah ala Bolang (Bocah Petualang). Jadi pulang sekolah kadang tidak melewati jalan yang benar, tapi lewat areal persawahan.

Pada tempat-tempat tertentu itulah, eksperimen biologi terjadi. Salah satunya mengenal tanaman ciplukan ini. Kawan yang lebih paham, memberi tahu. "Ini bisa dimakan. Carilah yang kelopak daunnya sudah kuning. Itu yang matang, buahnya rasanya manis."

Ciplukan masuk supermarket, harganya jadi tinggi (sumber gambar tercantum)
Ciplukan masuk supermarket, harganya jadi tinggi (sumber gambar tercantum)
Tak pernah terpikir kala itu, benar tidaknya; beracun atau tidak. Kalau ekspetasi rasa tidak sesuai atau merasa 'dibohongi', paling-paling hanya marah-marah tapi kemudian tertawa bersama.

Jika dulu pengenalan pada tanaman ini dianggap sebatas hama, gulma, pengganggu, barangkali wajar jika berangkat dari faktor ketidaktahuan semata. Namun kini kalau mau jeli dalam memperhatikan fenomena, rasanya juga mampu membuat geleng-geleng kepala.

Bayangkan saja, dari buah yang tadinya cuma jadi barang mainan, kini naik level jadi premium. Apa tak ngelindur atau ngawur yang membuat harga? Siapa yang mau beli? Dan seterusnya... Tapi memang fakta berkata lain. Ada barang, pasar juga bisa tercipta.

Nah, senyampang belum benar-benar kemarau alias musim panas, ada yang mau membudidayakan tumbuhan semusim ini? Mumpung masih ada tanamannya yang masih bertumbuh. Lumayan lho, harganya... Bisa kaya mendadak, hehe...

15 Juli 2021
Hendra Setiawan

*) Sumber bacaan: food-Detik, Boombastis, Serumpi, Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun