Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ciplukan, Si Kecil yang Ternyata Mahal Harganya

15 Juli 2021   17:00 Diperbarui: 16 Juli 2021   04:00 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tempat-tempat tertentu itulah, eksperimen biologi terjadi. Salah satunya mengenal tanaman ciplukan ini. Kawan yang lebih paham, memberi tahu. "Ini bisa dimakan. Carilah yang kelopak daunnya sudah kuning. Itu yang matang, buahnya rasanya manis."

Ciplukan masuk supermarket, harganya jadi tinggi (sumber gambar tercantum)
Ciplukan masuk supermarket, harganya jadi tinggi (sumber gambar tercantum)
Tak pernah terpikir kala itu, benar tidaknya; beracun atau tidak. Kalau ekspetasi rasa tidak sesuai atau merasa 'dibohongi', paling-paling hanya marah-marah tapi kemudian tertawa bersama.

Jika dulu pengenalan pada tanaman ini dianggap sebatas hama, gulma, pengganggu, barangkali wajar jika berangkat dari faktor ketidaktahuan semata. Namun kini kalau mau jeli dalam memperhatikan fenomena, rasanya juga mampu membuat geleng-geleng kepala.

Bayangkan saja, dari buah yang tadinya cuma jadi barang mainan, kini naik level jadi premium. Apa tak ngelindur atau ngawur yang membuat harga? Siapa yang mau beli? Dan seterusnya... Tapi memang fakta berkata lain. Ada barang, pasar juga bisa tercipta.

Nah, senyampang belum benar-benar kemarau alias musim panas, ada yang mau membudidayakan tumbuhan semusim ini? Mumpung masih ada tanamannya yang masih bertumbuh. Lumayan lho, harganya... Bisa kaya mendadak, hehe...

15 Juli 2021
Hendra Setiawan

*) Sumber bacaan: food-Detik, Boombastis, Serumpi, Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun