Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Menafsir Kultur Peribahasa

11 Juni 2021   16:30 Diperbarui: 14 Juni 2021   02:00 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun buat catatan, bukan berarti ia jadi bermulut manis. Konteksnya berbeda. Kalau itu adalah orang yang suka obral janji.

b. Ajining Raga saka Busana

Kalau kata ini sudah mirip dengan Bahasa Indonesia. Busana (baca: busono) yang berarti pakaian, sandang.

Maknanya berpakaianlah yang sopan, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Bukan 'saltum' (salah kostum), kalau pinjam bahasa generasi now.

Misalnya kalau menghadiri pesta pernikahan saja, memilih busana terbaik. Masa ke rumah ibadah, pakaian yang dikenakan seperti orang mau main atau tidur. Kan ya gak pantas, begitu...

Kalau mau ketemuan dengan teman akrab, mau pakai celana pendek, kaos oblong, tak jadi soal. Tapi, apa ya disamakan kalau mau bertandang ke rumah guru, camer (calon mertua), kantor, perusahaan. Tak mungkin, kan? Justru malah dipertanyakan, “Nih anak niat gak...”

Walaupun dalam konteks kekinian, pakaian juga tidak bisa sepenuhnya menjadi identitas kelas sosial (dipakai untuk mengelabhi, menipu), tapi setidaknya dengan mengenakan pakaian yang sesuai waktu dan tempat, bisa menunjukkan harga diri yang juga sesuai.

c. Ajining Awak saka Tumindak

Nah, kalau ini, awak dan tumindak berarti diri dan perbuatan. Keduanya perlu berjalan beriringan.

Makna dari ungkapan atau bebasan (peribahasa) ini adalah mengenai cara seseorang bertindak di hadapan orang lain atau banyak orang. Misalnya kalau dulu untuk mengungkapkan rasa hormat dengan cara membungkukkan badan. Kalau sekarang jika dirasa sudah tak mungkin, bisa dengan membudayakan 3S: "senyum, sapa, dan salam".

Tapi rasanya kalau senyum di era pandemi sudah tak bisa, ya? Kan ketutup masker? Tegurlah sapa, itu juga bisa menunjukkan kualitas diri lewat tindakan yang baik. Misalnya: “Permisi, Pak/Bu.” Atau cukup sapa, “Mbak, Mas...” ketika sedang lewat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun