Puas-a jika kau bisa menahan haus dan lapar sehari saja?
Ada orang lain yang bisa lebih tahan dari itu
Karena faktor ekonomi
Atau karena memang ketiadaan bahan pangan
Atau karena ia menjalankan ritual tertentu sebagai pemenuhan prasyarat
Puas-a jika kau hanya sekadar mengganti jam makanmu?
Ada orang yang bekerja malam, juga melakukan hal yang sama
Cuma mengubah saja jam biologisnya
Puas-a jika kau bisa melakukan tindak kesewenangan?
Meminta orang lain menghormatimu
Padahal kau sendiri tak bisa menahan diri
Untuk melakukan hormat yang sama pada sesamamu
    Kau mau menjadi yang paling diistimewakan
    Karena kau merasa sedang berada di jalan paling benar sendiri
    Sedang melaksanakan titah dari Yang Mahatinggi
Puas-a jika kau bisa melakukan niat sucimu berbuat baik?
Namun ternyata dalam hatimu
Kau pinta pamrih yang berlebih
    Raut mukamu justru tampil tak berseri
    Tak ada senyum tulus yang nampak darimu
Kau hanya berkeluh kesah
Seolah hanya kau yang punya masalah
     Â
Puas-a?
oh... Puasa
Kau datang
Kau datang lagi
Kau pasti datang
Puasa
Tahan diri
Tahan ego
Dalam tuturan kata dan perilaku
April 2021
Hendra Setiawan
*) Catatan:
Kata "Puas-a" dalam bahasa Jawa (penggunaan istilah lain adalah "puas-ta") mengindikasikan permainan bahasa yang bersifat retoris. Maksudnya adalah: "Apakah sudah merasa puas, lega?"
Imbuhan "a" atau "ta" bisa bermacam makna, tergantung penggunaan kalimat dalam teks dan konteks. Misalnya: "Mangan-a" atau "mangan-ta"? Artinya, si subjek sedang menawari makanan (mau makan bersama-kah?). Atau si penanya ternyata melihat lawan bicaranya justru sedang menikmati makanannya sendiri.
Jadi, kata "Puas-a" (bahasa Jawa) di atas artinya sudah puaskah kamu, Anda sekalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H