Punya anggota keluarga atau teman atau pernah lihat di layar televisi, ada seorang perempuan bergigi gingsul lagi tampil? Melihat dia pas lagi tersenyum simpul, bagaimana rasanya? Deg deg suerrrr, hehe...
Terlihat raut muka yang manis walau tanpa gula. Rasanya adem di hati. Bawaannya bikin gemes, pengin mencubit pipinya.
Sebenarnya gigi gingsul itu secara teori kesehatan gigi itu bukanlah sesuatu yang baik. Malahan itu merupakan bentuk pertumbuhan gigi yang justru tidak sempurna. Letak giginya tidak pada tempat yang semestinya ada.
Apakah jika begitu adanya, perlu dilakukan tindakan semacam pencabutan misalnya? Atau tidak mengapa dibiarkan begitu saja. Soalnya, ‘ntar kalau dicabut ‘kan hilang manis-manisnya, hehehe...
Problem Klasik Dilematis
Bagi pemilik gigi gingsul, kondisi ini sepertinya dilematis. Mencabut gigi, nanti jumlahnya berkurang. Salah satu fungsi gigi juga hilang. Tapi kalau tidak dicabut itu juga berpengaruh pada kesehatan gigi yang lain. Struktur giginya kacau dan menimbulkan rasa sakit pada area mulut dan rahang.
Gigi gingsul itu termasuk pada salah satu jenis maloklusi gigi. Maloklusi adalah suatu kondisi ketika gigi tidak tumbuh di tempat yang benar dan sejajar.
Pada kasus gigi gingsul terjadi karena gigi tersebut tidak bisa tumbuh di tempat yang seharusnya. Bisa karena kondisi rahang yang kecil atau ukuran gigi terlalu besar.
Penyebab lainnya bisa karena tempat gigi tumbuhnya terlalu sempit, sehingga gigi itu tumbuh bergeser dari tempat yang seharusnya. Selain itu, fenomena gigi gingsul juga terjadi karena faktor keturunan atau juga malnutrisi.
Efek Negatif Gigi Gingsul
Secara teori, kondisi gigi yang berada tidak pada tempatnya, akan memiliki pengaruh seperti:
- Menghambat pertumbuhan gigi atau bahkan membuatnya tidak tumbuh sama sekali atau disebut impaksi.
- Aktivitas makan terganggu dan muncul ketidaknyamanan saat mengunyah atau menggigit makanan.
- Cedera gusi karena proses mengunyah.
- Kerusakan gigi karena posisinya membuat sulit dibersihkan.
- Gigi tidak berfungsi dengan baik.
- Bicara cadel.
Mengatasi Gigi Gingsul
Penanganan gigi gingsul bisa dilakukan dengan beberapa cara.
1. Pemasangan behel atau kawat gigi
Prosedur pemasangan behel bertujuan untuk memperbaiki atau merapikan posisi gigi. Penggunaan behel ini bisa dilakukan dengan atau tanpa mencabut gigi terlebih dahulu.
Tujuan dari pencabutan gigi sebelum pemasangan behel dilakukan adalah untuk mengurangi kepadatan gigi yang tumbuh. Selain juga memberi ruang pada gigi gingsul. Dengan begitu, nantinya gigi tersebut dapat kembali ke posisi yang seharusnya setelah behel digunakan.
2. Pencabutan gigi
Meski sebenarnya tergolong aman, tetapi pencabutan gigi tetap memiliki risiko. Di antaranya adalah infeksi, pendarahan, dan gusi bengkak.
Pencabutan gigi dilakukan jika memang sudah tidak ada lagi jenis perawatan atau tindakan yang dapat menyelamatkan gigi tersebut. Jadi, pencabutan gigi dilakukan untuk menghindari risiko kesehatan.
Gigi Saya Gingsul, Terus...?
Konon, kata orang tua, waktu kecil gigi taring saya yang sebelah sudah dicabut oleh dokter gigi. Saya mungkin sudah lupa, sehingga tak sadar kalau salah satu keberadaan gigi yang berfungsi sebagai perobek makanan itu jadi hilang.
Jadi yang ada tinggal gigi seri yang berfungsi sebagai pemotong, dan gigi geraham sebagai pengunyah. Gigi taring satunya masih ada. Itupun sebenarnya posisinya juga tak pas betul. “Biar tetap ada manis-manisnya, begitu, lho, hehe...”
Ya, gigi gingsul secara spesifik juga dikaitkan dengan keberadaan taring. Kalau dengan keberadaan gigi itu jadi menakutkan kayak drakula, ya memang lebih baik dicabut saja. Selain merusak pemandangan, secara estetis tak membuat manis, juga merusak cara kerja gigi yang lainnya.
***
Gingsul itu juga bisa disebabkan karena taringnya yang telat tumbuh. Rentang waktu yang diperlukan untuk tumbuh yaitu sekitar 10 bulan. Dihitung dari jarak mulai lepasnya gigi taring dari gigi susu sampai ke gigi taring permanen. Hal ini berbeda dengan jarak tanggal gigi yang lain, yang tidak memerlukan waktu lama untuk berganti.
Ketika gigi taring ini telat tumbuh, karena fase pergantiannya lama, jatah tempat untuk gigi taring baru kemudian terambil oleh gigi-gigi lain di sekitarnya.
Pada akhirnya, saat gigi taring mulai muncul ke permukaan, ruangnya untuk tumbuh sudah habis. Oleh karena gigi taring harus tumbuh dan tetap keluar ke permukaan, maka posisinya jadi tidak sejajar dengan gigi lain dan menjadi gingsul .
***
Penjelasan lain soal gigi gingsul bisa tumbuh karena faktor gigi susu yang tanggal secara prematur. Bisa juga karena bersinggungan dengan benda keras ataupun karena kecelakaan.
Gigi susu yang tanggal prematur ini tidak memberikan ruang yang cukup untuk gigi permanen yang akan tumbuh nantinya, sehingga terjadi penjejalan. Pada istilah kedokteran gigi, posisi ini disebut ektopik atau menonjol.
Sebenarnya, semua gigi berpotensi mengalami ektopik atau gingsul, tetapi gigi taring adalah gigi yang paling sering mengalami keadaan gingsul karena urutan tumbuhnya paling akhir.
***
Jadi, buat pemilik gigi gingsul, kalau merasa nyaman-nyaman saja, maka gigi yang ‘abnormal’ tadi juga tidak harus dicabut. Dengan syarat selama itu tidak mengganggu, baik dari segi etis dan estetis.
Etis, terkait dengan fungsi giginya dan estetis berkaitan dengan penampilan pada wajah. Kalau posisi gigi ini tidak terlalu maju dan jauh bergeser dari susunan lurus gigi, ya, boleh saja dibiarkan begitu. Toh, semua juga berfungsi normal, hanya susunan gigi saja yang ‘amburadul’. Eman-eman juga, sayang, kalau gigi gingsulnya jadi hilang. Tak bisa lihat yang manis-manis lagi dong, xixixi....
24 Maret 2021
Hendra Setiawan
*) Bacaan: Alodokter, Hellosehat, Klikdokter
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H