Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Mandat Berujung Prahara di Negeri Kitiran

13 Maret 2021   17:00 Diperbarui: 13 Maret 2021   17:03 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat Mandat Beujung Prahara di Negeri Kitiran

Geger di Negeri Kitiran belum usai.  

Negeri Kitiran adalah sebuah kerajaan besar dan digdaya pada masa itu. Sang Raja begitu dicintai rakyatnya. Pesona dan kharisma kepemimpinannya luar biasa.

Enam purnama berlalu. Raja Negeri Kitiran masih belum bisa melupakan tragedi yang hampir merenggut nyawa dan kekuasaannya.

Ia masih ingat betul peristiwa yang terjadi pada malam hari di wulan kasembilan. Tujuh punggawa dan dua prajurit terbaiknya tewas terbunuh. Masih simpang siur siapa dalang di balik itu semua.

Padahal Raja tidak pernah punya niatan untuk memusuhi siapa saja yang tinggal di negeri yang dipimpinnya. Ia tidak mau ditekan untuk memihak salah satu. Ia justru berkeinginan merangkul setiap kelompok yang ada di negerinya.

Jadi, iapun merasa heran atas kejadian yang sepertinya tiba-tiba saja terjadi. Tak terdapat kabar burung yang bisa ia percaya. Desas-desus yang ia anggap angin lalu.

Tapi rupanya intrik yang terjadi begitu rapi dan kencang berhembus. Semua ada di luar kendalinya. Kepiawaiannya seakan sudah menurun, tak lagi segemilang saat ia sanggup memerdekakan negeri yang gemah ripah loh jinawi ini.

***

Kala itu sudah memasuki pekan kedua di wulan katiga pada tahun ke-20 pemerintahan Sang Raja. Ia merasa ada yang salah ketika menuliskan sebuah surat mandat yang ditujukan kepada Menteri Utama. Punggawa kerajaan yang posisinya memang sentral saat kejadian percobaan kudeta terjadi. Tidak ada pilihan lain bagi Raja untuk memberikan amanat itu selain dia.

Kepada Menteri Utama, diberikannya kuasa untuk melakukan tindakan pengamanan atas keselamatan diri dan keluarganya, selama Sang Raja melakukan pengungsian. Menyelamatkan diri demi menjaga kewibawaan negeri. Sebab ialah simbol utama dari kebesaran dan kejayaan negeri. Tanpa dia, entah apa yang tejadi pada rakyat. Ia tidak mau membiarkan rakyat kehilangan pamor dan kepercayaan.

Konon, Sang Raja sudah terang-benderang menyampaikan ini semua dalam Sidang Agung Majelis Kerajaan Negeri Kitiran dalam peringatan ulang tahun berdirinya Kerajaan Kitiran. "Tidak ada yang namanya transfer of authority," begitu kata tegas Sang Raja dalam lontar yang di kemudian hari dikenal dengan nama "Jahemerah" (JAnganlaH Engkau Melupakan sejaRAHmu).

***

Surat mandat kepada Menteri Utama yang ditulis pada hari kasebelas wulan katiga pada tahun ke-21 kelahiran Negeri Kitiran, oleh Sang Raja ingin sesegera mungkin dicabutnya. Ia tidak ingin mendengar lagi kabar kalau punggawanya telah melakukan tindakan yang sudah berlebihan. Melampaui batas wewenang dan kekuasaannya sebagai Menteri Utama. Raja tidak ingin namanya dicatut untuk kepentingan yang lain.

Setelah menimbang-nimbang, dua hari kemudian, pada hari katigabelas wulan katiga itu juga, Raja mengesahkan surat yang baru. Mencabut surat mandat yang semula, dan menyatakan tidak berlaku lagi isinya.

Sayang sekali, tindakan Sang Raja kalah cepat dengan yang dilakukan oleh Menteri Utama. Kelompok yang dituduh menjadi penyebab kematian 9 punggawa dan prajurit kerajaan yang terjadi 6 purnama sebelumnya, sudah di-'habisi' duluan. Kelompok ini dianggap musuh kerajaan dan anggota-anggotanya perlu segera dibersihkan dari kerajaan Negeri Kitiran.

Menteri Utama rupanya memanfaatkan siasat ini dengan cerdik. Surat mandat Raja dipakainya untuk melakukan apa saja yang menurutnya bisa mengendalikan situasi kerajaan yang dirasa genting.

Tak perlu berlama-lama, malam hari itu juga, hari katigabelas wulan katiga; wakil utusan kerajaan dan panglima siasat perang, menuju ke kediaman Menteri Utama. Dengan kereta kuda pilihan, keduanya menyampaikan titah Sang Raja.

"Esok kau harus menghadap Raja. Raja ingin meminta penjelasanmu atas tindakan yang kau ambil dengan atas nama Raja. Padahal Raja tidak memberikan perintah itu kepadamu."

"Tidak, aku besok masih memimpin pertemuan dengan menteri-menteri bawahanku. Tolong, katakan saja begitu. Raja pasti akan menerima penjelasanku ini," dalih Menteri Utama.

Kedua utusan khusus Raja akhirnya kembali pulang. Mereka tidak melakukan tindakan apa-apa kepada Menteri Utama. Sebab Sang Raja juga tidak memberi titah apapun selain menyampaikan surat dan pemanggilannya.

Akhirnya, singkat cerita, Rajapun bermuram durja mendengar kabar yang disampaikan dua utuasan tadi. Entah apa yang ada di pikiran Raja, mereka juga tidak tahu.

***

Begitulah... Kelak kekuasaan Raja semakin berkurang. Pengaruh Menteri Utama justru semakin besar. Pelan-pelan, ia bisa mengambil hati Majelis Kerajaan Negeri Kitiran. Hingga kelak ia pun akhirnya menggantikan kedudukan Sang Raja. 

Walaupun Sang Raja kondisi kesehatannya menjadi kian menurun pasca tak lagi menjadi pucuk pimpinan, namun itu juga tak membuat tenang Menteri Utama. Masih banyak rakyat Negeri Kitiran yang amat setia kepada Raja. Tentunya ini bisa dianggap menjadi musuh yang berbahaya bagi kekuasaan Menteri Utama. 

Maka, dengan cara halus, Sang Raja disingkirkan pelan-pelan dari Bale Kerajaan, kompleks tempat tinggal ia dan keluarga besarnya berdiam. Sang Raja  dan keluarga 'diamankan' dari segala bentuk gangguan. Dengan kata lain, mereka hidup dalam pengasingan, di bawah kuasa pengawasan kerajaan. Jadi, tak lagi setiap rakyat bisa mengunjungi Sang Raja. Syaratnya sangat ketat, bahkan terhadap kerabat dan karib Sang Raja sendiri.

Tentu, rakyat yang masih mencintai Sang Raja tidak bisa berbuat apa-apa. Tunduk pada peraturan baru dari penguasa yang baru. Daripada taruhan nyawa hilang melayang sia-sia.

***

Nah, cucuku, soal kedua surat tadi, hingga kisah ini kaudengarkan, belum ada satupun yang tahu persis bentuk dan isinya yang asli. Hanya versi siapa, itu yang tersedia.

"Semoga kaudapat mengambil saripatinya," kata sang kakek sembari mengusap rambut cucu kesayangan yang rupanya sudah terlelap pulas.

13 Maret 2021

Hendra Setiawan

 

*) Narasi ini diadaptasi dari bacaan: kompas.com, detik.com, kompas.tv tentang Supersemar (SP 11 Maret) vs Supertasmar (SP 13 Maret)
Semoga tidak bingung karena ini juga belajar berimajinasi, hehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun