Konon, Sang Raja sudah terang-benderang menyampaikan ini semua dalam Sidang Agung Majelis Kerajaan Negeri Kitiran dalam peringatan ulang tahun berdirinya Kerajaan Kitiran. "Tidak ada yang namanya transfer of authority," begitu kata tegas Sang Raja dalam lontar yang di kemudian hari dikenal dengan nama "Jahemerah" (JAnganlaH Engkau Melupakan sejaRAHmu).
***
Surat mandat kepada Menteri Utama yang ditulis pada hari kasebelas wulan katiga pada tahun ke-21 kelahiran Negeri Kitiran, oleh Sang Raja ingin sesegera mungkin dicabutnya. Ia tidak ingin mendengar lagi kabar kalau punggawanya telah melakukan tindakan yang sudah berlebihan. Melampaui batas wewenang dan kekuasaannya sebagai Menteri Utama. Raja tidak ingin namanya dicatut untuk kepentingan yang lain.
Setelah menimbang-nimbang, dua hari kemudian, pada hari katigabelas wulan katiga itu juga, Raja mengesahkan surat yang baru. Mencabut surat mandat yang semula, dan menyatakan tidak berlaku lagi isinya.
Sayang sekali, tindakan Sang Raja kalah cepat dengan yang dilakukan oleh Menteri Utama. Kelompok yang dituduh menjadi penyebab kematian 9 punggawa dan prajurit kerajaan yang terjadi 6 purnama sebelumnya, sudah di-'habisi' duluan. Kelompok ini dianggap musuh kerajaan dan anggota-anggotanya perlu segera dibersihkan dari kerajaan Negeri Kitiran.
Menteri Utama rupanya memanfaatkan siasat ini dengan cerdik. Surat mandat Raja dipakainya untuk melakukan apa saja yang menurutnya bisa mengendalikan situasi kerajaan yang dirasa genting.
Tak perlu berlama-lama, malam hari itu juga, hari katigabelas wulan katiga; wakil utusan kerajaan dan panglima siasat perang, menuju ke kediaman Menteri Utama. Dengan kereta kuda pilihan, keduanya menyampaikan titah Sang Raja.
"Esok kau harus menghadap Raja. Raja ingin meminta penjelasanmu atas tindakan yang kau ambil dengan atas nama Raja. Padahal Raja tidak memberikan perintah itu kepadamu."
"Tidak, aku besok masih memimpin pertemuan dengan menteri-menteri bawahanku. Tolong, katakan saja begitu. Raja pasti akan menerima penjelasanku ini," dalih Menteri Utama.
Kedua utusan khusus Raja akhirnya kembali pulang. Mereka tidak melakukan tindakan apa-apa kepada Menteri Utama. Sebab Sang Raja juga tidak memberi titah apapun selain menyampaikan surat dan pemanggilannya.
Akhirnya, singkat cerita, Rajapun bermuram durja mendengar kabar yang disampaikan dua utuasan tadi. Entah apa yang ada di pikiran Raja, mereka juga tidak tahu.