***
Begitulah... Kelak kekuasaan Raja semakin berkurang. Pengaruh Menteri Utama justru semakin besar. Pelan-pelan, ia bisa mengambil hati Majelis Kerajaan Negeri Kitiran. Hingga kelak ia pun akhirnya menggantikan kedudukan Sang Raja.Â
Walaupun Sang Raja kondisi kesehatannya menjadi kian menurun pasca tak lagi menjadi pucuk pimpinan, namun itu juga tak membuat tenang Menteri Utama. Masih banyak rakyat Negeri Kitiran yang amat setia kepada Raja. Tentunya ini bisa dianggap menjadi musuh yang berbahaya bagi kekuasaan Menteri Utama.Â
Maka, dengan cara halus, Sang Raja disingkirkan pelan-pelan dari Bale Kerajaan, kompleks tempat tinggal ia dan keluarga besarnya berdiam. Sang Raja  dan keluarga 'diamankan' dari segala bentuk gangguan. Dengan kata lain, mereka hidup dalam pengasingan, di bawah kuasa pengawasan kerajaan. Jadi, tak lagi setiap rakyat bisa mengunjungi Sang Raja. Syaratnya sangat ketat, bahkan terhadap kerabat dan karib Sang Raja sendiri.
Tentu, rakyat yang masih mencintai Sang Raja tidak bisa berbuat apa-apa. Tunduk pada peraturan baru dari penguasa yang baru. Daripada taruhan nyawa hilang melayang sia-sia.
***
Nah, cucuku, soal kedua surat tadi, hingga kisah ini kaudengarkan, belum ada satupun yang tahu persis bentuk dan isinya yang asli. Hanya versi siapa, itu yang tersedia.
"Semoga kaudapat mengambil saripatinya," kata sang kakek sembari mengusap rambut cucu kesayangan yang rupanya sudah terlelap pulas.
13 Maret 2021
Hendra Setiawan
Â