Memanfaatkan hari libur, terkadang orang bersantai hingga larut malam, atau bahkan hingga hari berganti. Akibatnya, keesokan harinya gampang mengantuk. Kalaupun tetap terjaga, sesekali merasakan ‘tidur-tidur ayam’. Istilah untuk tidur barang sekejab.
Kejadian lain, pernahkah Anda ketika sedang membaca, menonton televisi, atau sedang dalam perjalanan, tetiba mengantuk sangat dan tertidur seketika. Apa reaksi spontan setelahnya? Langsung terjaga kembali karena kaget.
Kalau posisinya masih berada di rumah, sembari bermalasan di kursi atau tempat tidur, tak menjadi soal serius. Tetapi rasa kantuk yang tak tertahankan itu bisa menjadi berbahaya jika terjadi di jalan raya. Apalagi jika dalam posisi menyetir kendaraan. Bisa fatal akibatnya.
Mendadak tidur sesaat atau singkat, dalam istilah kedokteran atau kesehatan disebut dengan microsleep. Microsleep ini tidaklah sama seperti tidur biasa, karena microsleep adalah suatu kejadian hilangnya kesadaran atau perhatian seseorang karena merasa lelah atau mengantuk.
Durasi waktu microsleep memang hanya beberapa detik. Tapi bisa pula agal panjang hingga dua menit. Namun lama waktu ini bisa bertambah lama jika seseorang benar-benar memasuki kondisi tidur.
Pada umumnya, microsleep sering terjadi ketika seseorang berada dalam pekerjaan atau aktivitas yang monoton, seperti berkendara atau menatap layar dalam waktu yang lama.
Meskipun secara fisik, tubuh bertahan dalam kondisi terjaga atau sedang beraktivitas, tetapi fungsi otak tidak dapat bertahan di antara rasa lelah dan kondisi terjaga tersebut. Ada sebagian otak yang bekerja (on), dan sebagian lainnya tertidur (off).
Penjelasan Medis-Ilmiah
Studi ilmiah menerangkan, microsleep yang terjadi berkaitan erat dengan fungsi otak. Pada bagian thalamus, yang berperan dalam meneruskan respon ke bagian anggota gerak, sedang mengalami penurunan aktivitas.Â
Thalamus yang sama ini juga berperan dalam mengatur mekanisme masa tidur. Sehingga adanya penurunan aktivitas yang terjadi pada thallamus, membuat seseorang dapat mudah untuk tertidur.
Sebaliknya, ada bagian otak lain yang berfungsi memproses stimulus dari saraf untuk tetap bekerja. Bagian ini sedang mengalami peningkatan aktivitas, sehingga menyebabkan lobus parietal otak menjadi bagian utama untuk mengembalikan kesadaran.
Kedua fungsi yang sedang on dan off ini kala bertemu, menghasilkan microsleep tadi.
Penyebab dan Gejala
Microsleep bisa disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
- Rasa kantuk yang disebabkan oleh gangguan tidur insomnia
- Apnea tidur obstruktif (kondisi berhentinya napas saat sedang tertidur)
- Narkolepsi (gangguan sistem saraf yang mengganggu kendali seseorang terhadap tidur)
Namun demikian, gejala microsleep terkadang juga susah diidentifikasi. Misalnya saat berkendara. Rasa kantuk yang menyerang, membuat orang yang mengalaminya menjadi bingung sesaat setelah tersadar.
Gejala umum yang terjadi itu, oleh para ahli seringkali diasosiasikan dengan microsleep. Misalnya tanda-tanda:
- Tidak merespons
- Tatapan kosong
- Menjatuhkan kepala
- Tiba-tiba tersentak
- Tidak dapat mengingat tentang kejadian 1-2 menit yang lalu
- Mata berkedip dengan lambat
Kondisi tubuh alami seseorang ketika mengalami microsleep biasanya adalah seperti kesulitan membuka mata, sering menguap, tubuh tersentak tiba-tiba, hingga mengedipkan mata berkali-kali untuk tetap terjaga.
 Kurang Tidur
Pada kondisi ketika seseorang kurang waktu tidur, juga bisa memicu terjadinya microsleep. Gejala itu bisa ditandai dengan:
- Rasa kantuk yang berlebihan
- Mudah marah
- Performa aktivitas yang buruk
- Mudah lupa
Kalau yang terjadi adalah karena kekurangan waktu tidur, berhati-hati juga. Sebab ini juga memicu berbagai macam penyakit, seperti tekanan darah tinggi, obesitas, dan serangan jantung.
Untuk mengatasi supaya tidak terlalu sering mengalami microsleep, dianjurkan untuk memperbaiki pola tidur. Rerata tidur 8 jam setiap hari adalah waktu yang paling ideal.
Tentu kuantitas itu perlu juga diimbangi dengan kualitasnya. Misalnya menjauhkan dari gangguan suara musik atau televisi. Begitupun dengan nyala lampu yang berpendar atau menyala. Lebih baik tidur dalam keadaan tanpa penerangan.
Jadi, harap waspada dan berhati-hati terhadap serangan microsleep. Periode tidur yang durasinya mungkin hanya terjadi beberapa detik, namun jika dialami pada waktu dan tempat yang tidak tepat, bisa fatal akibat yang ditimbulkannya.Â
Meskipun memang ada kalanya setelah mengalami tertidur singkat, seseorang yang mengalami microsleep bisa terbangun dengan perasaan lebih segar.
12 Maret 2021
Hendra Setiawan
*) Sumber bacaan: sehatq, hellosehat, halodoc
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H