Aku, si Gembul. Inilah kisahku...
Sebut saja namaku si Gembul. Begitulah orang-orang di sekitar memanggilku. Itu bukan nama asli pemberian majikan tempat aku dipelihara pada mulanya.
Nama panggilanku Gembul, bukan karena aku doyan makan, Justru sebaliknya, aku tipe pemilih. Tidak semua makanan yang diberikan akan kumakan. Kucium dulu baunya. Kalau tidak enak, kutinggalkan. Bahkan termasuk makanan bermerek yang katanya bergizi tinggi itu.
Makanan yang berasa asin lebih kusuka. Bahkan kerupuk pun aku doyanmengunyahnya. Mungkin seperti rasa daging ayam yang kenyal dan liat itu. Haha, aneh kan aku?
Kalau yang terasa manis, aku tidak mau. Karena aku sendiri sudah manis. Lihatlah rupaku. Memelas kan...? Orang yang melihatku akan memanggil-manggilku, "Pus... pus..."
***
Gembul, nama panggilanku. Indukku termasuk keturunan Anggora. Tapi ada juga yang menyebutnya Persia. Orang-orang kebanyakan salah kaprah tentang hal ini.
Baiklah, akan kutunjukkan perbedaannya. Supaya kalian semua juga paham. Biar nanti bisa menilai. Aku ini sebenarnya turunan Anggora ataukah Persia?
Nama
Dari nama saja, sebenarnya sudah bisa ditebak. Anggora adalah nama negara dari Ankara, Turki. Kalau Persia adalah nama kuno dari Iran sekarang.
Bentuk Wajah
Jenis Persia umumnya memiliki bentuk wajah yang bulat dan datar. Tidak ada lekukan pada pipi atau hidung. Walaupun begitu ada juga yang memiliki hidung pesek (peaknose)atau agak pesek (flatnose).
Kalau dilihat dari corak pada bola mata, Persia memiliki kecenderungan lebih banyak variasi.
Sedangkan untuk Anggora, wajahnya terlihat seperti segitiga. Ada lekukan pada wajahnya, karena hidungnya yang mancung.
Corak matanya juga biasanya terlihat lebih tajam dan terlihat sangar. Telinganya juga terlihat lebih runcing dan terkadang ada bulu di bagian ujungnya.
Bentuk Tubuh
Aggora memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dan lebih panjang.
Sedangkan, pada Persia cenderung memiliki tubuh yang pendek dan terlihat bulat karena gemuk. Kaki Persia juga lebih pendek dan besar.
Bulu
Aggora memiliki bulu yang panjang dan tebal. Namun, biasanya ini hanya pada bagian surai dan ekornya. Sedangkan Persia memiliki bulu lebat yang merata pada tubuhnya.
Sifat
Anggora memiliki sifat yang lebih aktif. Ia lebih suka berlari-lari dan bermain. Jenis Anggora juga cenderung lebih muda untuk dilatih.
Sedangkan Persia adalah jenis kucing yang malas. Ia lebih suka berdiam diri, tidur, dan bermanja-manja dengan pemiliknya.
Nah, sekarang sudah lebih paham ya bedanya...
***
![Foto: dok. pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/27/si-gembul-02-ok-603a1b3fd541df239c1002b2.jpg?t=o&v=770)
Namun, manusia salah duga. Aku, berkat naluri dan kelebihan yang diberikan Sang Penciipta, membuatku bisa menemukan jalan pulang. Seminggu, ya kurang lebih begitulah. Aku mengeong kembali di rumah tetanggaku. Mereka juga kaget melihat kehadiranku yang tetiba itu. "Lho, Mbul, kamu kok tetiba hadir lagi di sini?"
Ya, itulah kelebihan superku. Kemampuan spesial ini yang membuat aku dan kaumku ingat jalan pulang meskipun kami tertinggal dengan jarak yang sangat jauh dari rumah asal. Kemampuan itu adalah 'memory', 'landmark', 'navigasi takson', dan 'mental map'.
Kaumku memiliki ingatan (memory) yang kuat pada hal-hal di sekitar mereka. Mereka bisa mengingat jalan hingga posisi tempat-tempat yang mereka lalui.
Aku punya semacam indera khusus yang bisa merasakan gaya magnet bumi, meskipun lemah. Indera ini berguna untuk menentukan tempat arah laut berada (landmark). Dengan pedoman posisi arah laut ini, aku bisa berjalan tanpa khawatir salah arah.
Ah, manusia jangan iri ya dengan aku...
***
Aku, si Gembul. Glinak-gliuklangkahku. Artinya apa ya dalam bahasa Jawa ini? Seperti orang berjalan pelan karena gemuk. Tak pas juga sebenarnya, tapi kira-kira seperti itu.
Eits, tapi jangan salah sangka dulu. Gerak lariku juga bisa cepat. Kalau ada musuh abadiku lewat, si "Sutik" (tikus) sudah kuhajar dia habis-habisan. Kujadikan main-mainan sampai ia tak bernafas lagi. Kalau membandel, sudah berdarah-darah dia.
Tapi kalau kawanan Sutik yang tubuhnya besar, bongsor, yang lewat di depanku, aku ogahmeladeni. Kubiarkan saja. Malas, jelek banget rupanya.
Kadang aku dibiarkan ketika sedang mengambil tempat. Sedang berjaga-jaga, dan mengintai di tempat yang mungkin ada si Sutik ini. Maklum, itu penciuman bawaan. Bahkan malah aku dipanggil dan disuruh-suruh datang ke suatu tempat. Tentu saja aku tak mau begitu, biar sesuai keinginanku saja.
Aku sepertinya disayang oleh keluarga baru, walau itu bukan di rumahku sendiri. Tapi syaratnya sebenarnya juga tak terlalu berat menurutku. Aku tidak boleh buang kotoran di halaman rumah. Harus cari tempat lain. Terserah, asal bukan di rumah yang kutempati itu.
Lama-lama aku jadi sadar diri. Dan aku sudah melakukan hal itu. Jadi tak lagi aku takut diusir dan dikejar, supaya menjauh dari tempat aku ingin buang hajat. Seperti dulu, ketika awal-awal aku main-main ke tempat baru ini.
Aku juga tak boleh garuk-garuk tubuh, walaupun itu terasa gatal. Ini yang aku tak bisa. Bagaimana lagi kalau rasa itu menyerang. Nyerah deh,kena usir lagi aku kalau ketahuan.
***
Aku si Gembul. Begitulah kehidupanku. Seperti manusia nomaden. Aku punya rumah, tapi aku sering tidak berada di rumahku sendiri.
Rumah yang sering kutuju, mereka sepertinya sudah paham dengan perilakuku. Kalau aku penginpulang, cukup menuju pintu yang tertutup. Maka, segera dibukakan. Tapi kalau pas sepi, ya aku cari jalan lain yang terbuka.
Aku, Gembul,si kucing yang bukan termasuk golongan 'rumahan'. Aku bisa datang kapan saja. Aku juga bisa pulang kapan saja. Sesuka-sukaku. Dan itulah tadi sebagian dari kisahku...
26 Februari 2021
Hendra Setiawan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI