Eits, tapi jangan salah sangka dulu. Gerak lariku juga bisa cepat. Kalau ada musuh abadiku lewat, si "Sutik" (tikus) sudah kuhajar dia habis-habisan. Kujadikan main-mainan sampai ia tak bernafas lagi. Kalau membandel, sudah berdarah-darah dia.
Tapi kalau kawanan Sutik yang tubuhnya besar, bongsor, yang lewat di depanku, aku ogahmeladeni. Kubiarkan saja. Malas, jelek banget rupanya.
Kadang aku dibiarkan ketika sedang mengambil tempat. Sedang berjaga-jaga, dan mengintai di tempat yang mungkin ada si Sutik ini. Maklum, itu penciuman bawaan. Bahkan malah aku dipanggil dan disuruh-suruh datang ke suatu tempat. Tentu saja aku tak mau begitu, biar sesuai keinginanku saja.
Aku sepertinya disayang oleh keluarga baru, walau itu bukan di rumahku sendiri. Tapi syaratnya sebenarnya juga tak terlalu berat menurutku. Aku tidak boleh buang kotoran di halaman rumah. Harus cari tempat lain. Terserah, asal bukan di rumah yang kutempati itu.
Lama-lama aku jadi sadar diri. Dan aku sudah melakukan hal itu. Jadi tak lagi aku takut diusir dan dikejar, supaya menjauh dari tempat aku ingin buang hajat. Seperti dulu, ketika awal-awal aku main-main ke tempat baru ini.
Aku juga tak boleh garuk-garuk tubuh, walaupun itu terasa gatal. Ini yang aku tak bisa. Bagaimana lagi kalau rasa itu menyerang. Nyerah deh,kena usir lagi aku kalau ketahuan.
***
Aku si Gembul. Begitulah kehidupanku. Seperti manusia nomaden. Aku punya rumah, tapi aku sering tidak berada di rumahku sendiri.
Rumah yang sering kutuju, mereka sepertinya sudah paham dengan perilakuku. Kalau aku penginpulang, cukup menuju pintu yang tertutup. Maka, segera dibukakan. Tapi kalau pas sepi, ya aku cari jalan lain yang terbuka.
Aku, Gembul,si kucing yang bukan termasuk golongan 'rumahan'. Aku bisa datang kapan saja. Aku juga bisa pulang kapan saja. Sesuka-sukaku. Dan itulah tadi sebagian dari kisahku...
26 Februari 2021