Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kembali ke Titik Nol

28 Desember 2020   17:00 Diperbarui: 29 Desember 2020   15:56 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditilik dari sejarahnya, kota Surabaya pada mulanya tumbuh di wilayah Utara di era Oud Soerabaia. Makanya tidak heran bila penanda Titik Nol kota berada di daerah yang agak ke Utara kota. Namun, setelah itu perkembangan kota bergerak, semakin menjadi kota modern, lebih mengarah ke Selatan, Timur, dan Barat.

Sebagai kota berbenteng kala itu, batas selatan ada di kawasan Pasar Besar kini. Sebuah lokasi batas jalan dari gedung ini. Barangkali karena itulah, mengapa keberadaan TTN berada dalam wilayah perkantoran ini.

Bila ditilik dari faktor sejarah, konon gedung ini dibangun tahun 1931. Pembangunannya dalam rangka pelaksanaan politik desentralisasi, yang dimulai tahun 1903, sebagai simbol modernisasi kota di Indonesia.

Selesainya pembangunan, kemudian dipakai sebagai kantor gubernur, bahkan menjadi kantor gubernur terbesar dan termodern dibanding daerah lain di Indonesia. Namun pada masa perjuangan, pernah pula digunakan sebagai pusat pemerintahan Jawa Timur dan Karesidenan Surabaya.

Dokpri
Dokpri
Spot Foto

Awal-awalnya, keberadaan monumen dan tugu ini banyak mengundang orang untuk berswafoto, baik sendiri atau berkelompok. Kalau ditanya apakah tempatnya "instagramable", tergantung juga sih... Dari sudut pandang pengambilan foto (angle)  dan yang melihatnya...

Berhubung lokasinya terbuka, di pinggir jalan, dan tidak masuk kompleks area wisata terpadu, bisa jadi di sini anti lockdown hehe... Beda dengan tempat wisata lain yang dikelola oleh pemerintah kota, yang selama musim pandemi ini, masih belum dibuka penuh untuk publik.

Namanya juga kota Pahlawan, belum lengkap kalau hanya sekadar tahu kompleks Museum 10 November dan Tugu Pahlawan yang terletak persis di seberang jalan, tapi melewatkan yang satu ini.

 Hendra Setiawan
*) catatan awal pada 24-11-2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun