Titik nol Surabaya sebenarnya tak jauh dari area Tugu Pahlawan dan Museum 10 November. Malahan keberadaannya masuk ke halaman kantor Gubernur Jawa Timur yang berada di Jl. Pahlawan 110 Surabaya.
Dulu, yang tahu hanya segelintir orang; khususnya para pecinta sejarah. Sebab lokasinya tertutupi oleh pagar pembatas. Berada di bawah kerindangan pohon.
Kalaupun ada warga yang tahu dan ingin melihat dari dekat tugu titik nol ini, mereka harus meminta izin dulu agar bisa masuk ke halaman Kantor Gubernur yang dijaga ketat.
Kini, dengan dibangunnya pula tugu baru yang bersebelahan, jadi terlihat jelas. Tugu yang diinisiasi oleh Pemprov Jatim ini dinamakan Parasamya Purnakarya Nugraha (PPN). Sebuah nama yang diambil dari nama penghargaan untuk provinsi. Jawa Timur memenangkannya tiga kali; terbanyak dalam sejarah di antara provinsi-provinsi lainnya di Indonesia.
Ada 178 aspek pembangunan yang dinilai. Antara lain, terkait penurunan tingkat kemiskinan hingga semua jenis manajemen pemerintahan. Pemprov Jatim dinilai berhasil memenuhi kualifikasi sebagai pemerintah daerah yang mampu melakukan pembangunan secara holistik dan integralistik.
Kali pertama, penghargaan ini diterima oleh Gubernur Jatim, Panji Muhammad Noer, dari Presiden Soeharto. Pasca orde baru, penghargaan ini diraih kembali secara berurutan, yakni pada tahun 2010-2011-2012 dan tahun 2013-2014-2015.
Tugu PPN digarap oleh seniman I Nyoman Nuarta, yang juga mengerjakan patung GWK (Garuda Wisnu Kencana) di Bali. Ia mengerjakan selama 2.5 bulan. Bentuk tugu tersebut menampilkan pelbagai macam kesenian khas Jatim. Di antaranya patung penari Remo, Reog, dan Gandrung.
Secara fisik, tugu PPN tingginya sekitar 5 meter dan panjang 10 meter. Bahan bakunya terbuat dari tembaga, kuningan dan stainless steel. Soekarwo, gubernur waktu ini, meresmikannya pada 28 Desember 2018. Adapun biayanya sendiri menghabiskan Rp 6,9 miliar. Jadi tulisan ini pas tahun kedua usai peresmiannya....
 Apa itu Tugu Titik Nol?
Tugu Titik Nol (TTN) sebenarnya sesuatu yang penting sebagai penanda di sebuah kota memulai perkembangannya. Keberadaan TTN Surabaya sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman pendudukan Belanda.
Ada pertanyaan, mengapa TTN bisa berada di halaman kantor Pemprov Jatim? Mengapa bukan di Balaikota Surabaya di Jl. Taman Surya?
Ditilik dari sejarahnya, kota Surabaya pada mulanya tumbuh di wilayah Utara di era Oud Soerabaia. Makanya tidak heran bila penanda Titik Nol kota berada di daerah yang agak ke Utara kota. Namun, setelah itu perkembangan kota bergerak, semakin menjadi kota modern, lebih mengarah ke Selatan, Timur, dan Barat.
Sebagai kota berbenteng kala itu, batas selatan ada di kawasan Pasar Besar kini. Sebuah lokasi batas jalan dari gedung ini. Barangkali karena itulah, mengapa keberadaan TTN berada dalam wilayah perkantoran ini.
Bila ditilik dari faktor sejarah, konon gedung ini dibangun tahun 1931. Pembangunannya dalam rangka pelaksanaan politik desentralisasi, yang dimulai tahun 1903, sebagai simbol modernisasi kota di Indonesia.
Selesainya pembangunan, kemudian dipakai sebagai kantor gubernur, bahkan menjadi kantor gubernur terbesar dan termodern dibanding daerah lain di Indonesia. Namun pada masa perjuangan, pernah pula digunakan sebagai pusat pemerintahan Jawa Timur dan Karesidenan Surabaya.
Awal-awalnya, keberadaan monumen dan tugu ini banyak mengundang orang untuk berswafoto, baik sendiri atau berkelompok. Kalau ditanya apakah tempatnya "instagramable", tergantung juga sih... Dari sudut pandang pengambilan foto (angle)  dan yang melihatnya...
Berhubung lokasinya terbuka, di pinggir jalan, dan tidak masuk kompleks area wisata terpadu, bisa jadi di sini anti lockdown hehe... Beda dengan tempat wisata lain yang dikelola oleh pemerintah kota, yang selama musim pandemi ini, masih belum dibuka penuh untuk publik.
Namanya juga kota Pahlawan, belum lengkap kalau hanya sekadar tahu kompleks Museum 10 November dan Tugu Pahlawan yang terletak persis di seberang jalan, tapi melewatkan yang satu ini.
 Hendra Setiawan
*) catatan awal pada 24-11-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H