Ditilik dari sejarahnya, kota Surabaya pada mulanya tumbuh di wilayah Utara di era Oud Soerabaia. Makanya tidak heran bila penanda Titik Nol kota berada di daerah yang agak ke Utara kota. Namun, setelah itu perkembangan kota bergerak, semakin menjadi kota modern, lebih mengarah ke Selatan, Timur, dan Barat.
Sebagai kota berbenteng kala itu, batas selatan ada di kawasan Pasar Besar kini. Sebuah lokasi batas jalan dari gedung ini. Barangkali karena itulah, mengapa keberadaan TTN berada dalam wilayah perkantoran ini.
Bila ditilik dari faktor sejarah, konon gedung ini dibangun tahun 1931. Pembangunannya dalam rangka pelaksanaan politik desentralisasi, yang dimulai tahun 1903, sebagai simbol modernisasi kota di Indonesia.
Selesainya pembangunan, kemudian dipakai sebagai kantor gubernur, bahkan menjadi kantor gubernur terbesar dan termodern dibanding daerah lain di Indonesia. Namun pada masa perjuangan, pernah pula digunakan sebagai pusat pemerintahan Jawa Timur dan Karesidenan Surabaya.
Awal-awalnya, keberadaan monumen dan tugu ini banyak mengundang orang untuk berswafoto, baik sendiri atau berkelompok. Kalau ditanya apakah tempatnya "instagramable", tergantung juga sih... Dari sudut pandang pengambilan foto (angle)  dan yang melihatnya...
Berhubung lokasinya terbuka, di pinggir jalan, dan tidak masuk kompleks area wisata terpadu, bisa jadi di sini anti lockdown hehe... Beda dengan tempat wisata lain yang dikelola oleh pemerintah kota, yang selama musim pandemi ini, masih belum dibuka penuh untuk publik.
Namanya juga kota Pahlawan, belum lengkap kalau hanya sekadar tahu kompleks Museum 10 November dan Tugu Pahlawan yang terletak persis di seberang jalan, tapi melewatkan yang satu ini.
 Hendra Setiawan
*) catatan awal pada 24-11-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H