"Temui aku setelah selesai urusan dengan tendamu. Ada yang ingin aku sampaikan." Ucap Essa kepada Elcom yang baru saja turun dari kudanya.
Masing-masing dari rombongan sibuk dengan tendanya sendiri, tidak terkecuali Essa. Ia menolak untuk diperlakukan istimewa, meski menjabat sebagai panglima perang.
"Buatlah perapian sederhana dan tolong jadwalkan waktu berjaga." Perintah Elcom kepada pengawal.
"Boleh aku masuk, panglima Essa?" Elcom meminta ijin.
"Silahkan."
Tenda Essa tidak begitu luas, mungkin hanya cukup untuk 3 orang saja. Tenda sejenis dome berwarna hitam dengan 4 strip merah. Elcom langsung saja duduk diatas matras double aluminium foil, yang sudah Essa siapkan.
"Aku merasa ada yang aneh dengan pencurian batu Assion?" Essa yang mengawali pembicaraan.
"Keberadaan batu Assion hanya diketahui klan penyihir." Tebak Elcom.
"Tepat." Tutur Essa.
"Aku mendengar hanya penyihir dari nagari Hbeyida saja yang mengusulkan batu Assion disimpan di nagari Wind. Penyihir dari nagari Courdor menentang keras pemilihan tempat ini." Essa bercerita kejadian awal konflik masa lalu klan penyihir terkait dimana tempat yang pas menyimpan batu Assion.
"Tapi sekarang kita tidak memiliki bukti. Apakah penyihir kelas ke-2 di nagari Courdor bersekongkol dengan klan AL yang mencurinya." Essa meneruskan kalimatnya.