Mohon tunggu...
Hend.Setya
Hend.Setya Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Newbie

Novel AL terbit setiap hari Jumat || Contact Penulis : hsetiawan.id@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bab 6 | Bilik Klinik Nomor 3

13 Juli 2018   18:30 Diperbarui: 13 Juli 2018   18:41 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketika aku hendak membuatmu menghilang. Kau bangun tegap layaknya petarung. Itu kali pertama kau terlihat bersemangat seperti lelaki Cheduge, Pepe" Rheen cepat melanjutkan.

 "Sebenarnya kau memaksakan diri, Pepe. Tapi di satu sisi aku ingin memberitahukan kepada para siswa yang saat itu menyaksikan pertarungan bahwa kawanku punya kemampuan duel yang oke selain tentunya kemampuan makan yang luar biasa." Saga berusaha membuat Pepe lebih percaya diri.

"Itu adalah pembuktian diri terbaik yang pernah aku lihat." Kembali Saga memberi nilai plus kepada Pepe.

"Aku terpancing untuk membuktikan diri saat Riota menyebutku gendut." Jawab Pepe. Mulutnya baru bisa bicara setelah suapan nasi tertelan sempurna ditenggorakkannya.

"Aku harus bilang juga. Pertarungan Choco dan Fiver tidak kalah seru. Choco hampir saja dimakan Fiver" Rheen terus menggali lebih banyak konten bahasan cerita dibanding bahanyanya meneruskan masalah gendut tidaknya Pepe.

Nama AL yang disebut terakhir adalah milik Riota. Elang jawa berwarna coklat hitam dengan kemampuan terbang dan kecepatan yang mengagumkan.

"Ekor Choco sedikit terkena paruh Fiver sebetulnya." Pepe tersenyum geli.

"Oh ya, Saga. Dari mana kau tahu kalau Riota bukan master AL terpilih?" Pepe penasaran perihal hal ini, karena diawal pertarungan ia ketakutan karena mengetahui - bahkan seluruh siswa dikelas pun tahu -  bahwa Riota adalah master AL terpilih.

"Ensi bercerita padaku tentang permintaan Riota merajah punggung tangannya dengan simbol master Al terdahulu." Saga memberitahukan kedua temannya dengan nada dipelankan.

"Tukang Rajah gila disamping pemakaman? Riota tolol." Rheen hampir saja tertawa cekikik sebelum Pepe complain ia butuh suapan nasi terakhir.

Saga hanya tertawa kecil melihat kelakuan 2 teman karibnya ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun