Kondisi ini memanifestasikan bentuk eksploitasi yang lebih halus namun sangat merusak. Kapitalisme menggunakan retorika produktivitas dan dedikasi untuk menormalisasi kondisi kerja yang tidak sehat dan tidak manusiawi, di mana kesejahteraan individu dikorbankan demi keuntungan korporasi.
Lanskap Eksploitasi yang Lebih Luas
Jika kita memperluas perspektif ini, fenomena lansia yang tetap bekerja hingga usia lanjut dan eksploitasi digital di era modern adalah bagian dari lanskap yang lebih luas dari eksploitasi tenaga kerja di bawah sistem kapitalisme global.Â
Di satu sisi, narasi pemberdayaan lansia menunjukkan bagaimana kapitalisme terus berupaya untuk mencari sumber tenaga kerja yang baru, bahkan di kelompok usia yang seharusnya dilindungi.Â
Di sisi lain, eksploitasi pekerja di era digital menunjukkan bagaimana teknologi, yang seharusnya menjadi alat pembebasan, justru dijadikan alat untuk memperpanjang eksploitasi tenaga kerja.
Dalam kondisi ini, sangat penting bagi kita untuk merenungkan bagaimana seharusnya peran negara dan kebijakan publik dalam menghadapi tantangan ini. Negara tidak boleh berperan sebagai fasilitator dari eksploitasi kapitalisme, melainkan harus menjadi pelindung yang memastikan kesejahteraan semua warganya, terutama yang paling rentan, termasuk lansia yang seharusnya menikmati masa pensiun dengan tenang dan bahagia, dan pekerja di era digital yang harus dilindungi dari jam kerja yang tidak manusiawi.
Karena itu, segala retorika dan praktik yang menormalisasi eksploitasi perlu ditolak, serta menuntut kebijakan negara yang melindungi kesejahteraan dan hak asasi manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H