Pada awal tahun 2000-an, ayah menanam beberapa pohon alpukat (Persea americana) di kebun, di depan maupun di belakang rumah.Â
Cukup waktu untuk menunggunya berbuah, sekitar 10 tahun lamanya pohon-pohon alpukat itu berbuah. Sungguh penantian yang panjang.
Pada tahun 2010, kami akhirnya bisa menikmati buah pertama dari pohon Alpukat yang telah ditanam ayah.
Buahnya besar, lembut, dan lezat. Aku paling suka membuatnya menjadi jus. Dicampur dengan susu,gula dan es batu, diblender menjadi menjadi minuman yang enak dan menyegarkan.
Kadangkala buah Alpukat juga menjadi teman yang baik ketika minum kopi, terkadang aku mencampurnya untuk menciptakan perpaduan rasa yang unik. Kopi rasa Alpukat, atau sebaliknya, Alpukat rasa kopi.
Jikalau ketika tak sempat punya lauk, buah alpukat sering menjadi teman makan nasi putih, kombinasi rasa yang sederhana namun kenyal-kenyal memuaskan.
Sayangnya, kenikmatan kami menikmati buah Alpukat tidak bertahan lama. Pada tahun 2012, pohon alpukat di depan rumah harus dipotong. Dahan-dahannya yang besar harus tumbang terkena angin kencang selama musim hujan.Â
Meski kata bijak mengatakan bahwa "badai membuat pohon berakar lebih dalam", namun tidak untuk pohon Alpukat kami.
Padahal, pohon Alpukat di depan rumah inilah yang menghasilkan buah terbanyak selama sejarah hidupnya. Kini, hanya tersisa dua pohon, satu di kebun dan satu di belakang rumah.
Memang buah Alpukat bukan hanya buah yang lezat, tetapi juga kaya akan manfaat kesehatan yang luar biasa.Â
Mengonsumsinya secara teratur dapat memberikan berbagai manfaat bagi tubuh. Beberapa di antaranya adalah kesehatan jantung, pencernaan, kulit, mata, dan tulang.
Alpukat kaya akan lemak tak jenuh tunggal, yang dikenal baik untuk kesehatan jantung.Â
Lemak ini dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL).Â
Selain itu, alpukat mengandung kalium yang tinggi, lebih banyak daripada pisang. Kalium membantu mengatur tekanan darah, sehingga mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.
Selain itu, Alpukat juga kaya akan serat, yang sangat baik untuk kesehatan pencernaan. Serat membantu menjaga kelancaran sistem pencernaan dan mencegah sembelit.Â
Mengonsumsi serat dalam jumlah yang cukup juga dapat membantu mengendalikan berat badan, karena memberikan rasa kenyang lebih lama.
Buah ini juga mengandung berbagai vitamin dan mineral yang penting untuk kesehatan kulit. Vitamin E, misalnya, dikenal sebagai antioksidan yang dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas.Â
Vitamin C, yang juga terdapat dalam Alpukat, membantu produksi kolagen, protein yang menjaga kulit tetap kencang dan elastis. Alpukat dapat membantu menjaga kulit tetap sehat dan bercahaya.Â
Kandungan lutein dan zeaxanthin dalam alpukat juga bermanfaat bagi kesehatan mata. Kedua zat ini adalah jenis karotenoid yang dapat membantu melindungi mata dari kerusakan akibat sinar ultraviolet.Â
Studi menunjukkan bahwa asupan lutein dan zeaxanthin yang cukup dapat mengurangi risiko degenerasi makula dan katarak seiring bertambahnya usia.
Selain itu, alpukat juga mengandung vitamin K, yang penting untuk kesehatan tulang. Vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah dan membantu mengikat kalsium dalam tulang, sehingga dapat mencegah osteoporosis. Alpukat juga mengandung sejumlah kecil kalsium, yang juga bermanfaat untuk kesehatan tulang.
Melihat semua manfaat kesehatan tersebut, tidak mengherankan jika Alpukat menjadi pilihan yang populer untuk dikonsumsi secara teratur, bahkan menggabungkan alpukat dalam diet sehari-hari dapat memberikan berbagai manfaat yang baik untuk tubuh.Â
Kembali ke cerita pohon Alpukat kami. Pohon Alpukat yang ditanam oleh ayah telah memberikan lebih dari sekadar buah lezat.Â
Pohon tersebut menjadi bagian dari kenangan keluarga dan masa remaja ku. Meskipun pohon di depan rumah sudah tiada, kami masih memiliki dua pohon lainnya yang berada di kebun dan di belakang rumah. Namun, kenangan dan manfaat yang kami peroleh dari buah alpukat tersebut akan selalu kami ingat.
Perkataan orang bijak bahwa "kita bisa belajar banyak dari pohon: mereka selalu membumi, juga tidak pernah berhenti menghidupi. Jika sebuah pohon mati, tanamlah pohon lain sebagai gantinya".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H