Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gengsi di Atas Fungsi: Memahami Alasan di Balik Perilaku Konsumtif

10 Juni 2024   20:57 Diperbarui: 10 Juni 2024   21:25 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Sumber Ilustrasi: TribunnewsBogor

Teori hierarki kebutuhan Maslow menjelaskan bahwa setelah kebutuhan fisiologis dan keamanan, manusia akan mencari cinta dan rasa memiliki, penghargaan, serta aktualisasi diri. 

Di sinilah peran barang-barang mewah. Memiliki barang-barang tersebut dapat memberikan perasaan dihargai dan diakui oleh orang lain, memenuhi kebutuhan psikologis untuk merasa penting dan dihormati dalam masyarakat.

Konformitas Sosial: Mengikuti Tren untuk Diterima

Konformitas sosial juga berperan besar dalam perilaku konsumtif. Banyak orang cenderung mengikuti tren dan norma sosial agar diterima oleh lingkungannya. 

Misalnya, ketika tren menggunakan sepatu merek tertentu sedang populer, banyak orang yang merasa harus memiliki sepatu tersebut agar tidak dianggap ketinggalan zaman. 

Perasaan takut tidak diterima atau dianggap berbeda membuat banyak orang mengikuti arus, meskipun sebenarnya mereka tidak terlalu membutuhkan barang tersebut. Konformitas ini sering kali dipicu oleh tekanan sosial dan keinginan untuk tidak merasa tertinggal dari kelompok sosialnya.

Konsumsi Simbolik: Barang Sebagai Simbol Status

Dalam banyak kasus, barang yang dibeli bukan hanya untuk fungsi praktisnya, tetapi juga untuk simbol status yang melekat padanya. Konsumsi simbolik ini terjadi ketika nilai suatu barang lebih banyak terkait dengan citra dan prestise yang ditimbulkannya daripada fungsi atau kegunaannya. 

Misalnya, seseorang mungkin membeli ponsel terbaru bukan karena fitur yang ditawarkan, tetapi karena ingin menunjukkan bahwa ia mampu membeli barang tersebut dan mengikuti perkembangan teknologi. 

Barang-barang ini menjadi penanda identitas sosial dan alat untuk menyampaikan pesan tentang siapa pemiliknya dan status apa yang ingin ditampilkan kepada dunia.

Self-Esteem: Meningkatkan Rasa Percaya Diri dan Citra Diri

Self-esteem atau harga diri juga menjadi faktor pendorong perilaku konsumtif yang berlebihan. Banyak orang merasa dengan memiliki barang mewah bisa meningkatkan rasa percaya diri dan citra diri mereka. 

Ketika seseorang memiliki barang yang dianggap berharga oleh masyarakat, mereka merasa lebih baik tentang diri sendiri dan lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain. 

Barang-barang ini berfungsi sebagai penguat harga diri, memberikan perasaan bahwa mereka berharga dan layak dihormati. Rasa percaya diri yang meningkat ini kemudian membantu mereka menghadapi tantangan dan situasi sosial dengan lebih baik.

Pengaruh Media dan Iklan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun