Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Angka Jadi Suara": Rekam Jejak Perjuangan Buruh Perempuan Melawan Kekerasan Seksual

28 Mei 2024   22:06 Diperbarui: 28 Mei 2024   22:43 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita dalam film ini mengungkap berbagai bentuk pelecehan seksual yang dialami oleh karyawan perempuan di tempat kerja, khususnya di lingkungan pabrik. Pelecehan ini terjadi dalam bentuk verbal, fisik, visual, dan non-verbal, yang dilakukan oleh mekanik, atasan, dan personalia.

Kendati demikan, kisah cerita dalam film ini hanya segunduk fenomena gunung es, sebab kekerasan seksual dapat menimpa siapa saja dan di mana saja. Kekerasan seksual bisa terjadi di sekolah, di kampus, di jalan, di dalam bus, di bioskop, di kantin, di warung makan, bahkan terjadi tempat yang kita anggap paling aman sekalipun yakni di rumah. Dan pelakunya bisa siapa saja, teman, guru, dosen, bos, ojol, sopir, bahkan orang yang paling dekat sekalipun yakni keluarga family.

Biasanya pelecehan seksual sering kali menjadi fenomena tersembunyi karena korban merasa tabu untuk mengungkapkan pengalaman mereka. Fenomena ini diperkuat oleh struktur patriarki dan seksisme yang mendominasi masyarakat, membuat banyak kasus kekerasan seksual tidak pernah terungkap dan pelaku tidak dihukum. Hal ini mempertegas bahwa kekerasan seksual adalah masalah yang meresap dalam berbagai lapisan masyarakat dan memerlukan perhatian serius.

Seperti yang dilakukan oleh sekelompok perempuan yang tergabung dalam Komite Buruh Perempuan KBN dalam mengatasi pelecehan seksual di tempat kerja, yang dikisahkan dalam film ini. Mereka mengenali masalah dengan dekat di tempat kerja, di KBN. 

Mereka memasuki ruang ruang diskusi di pemukiman buruh dan di pabrik. Dari ruang-ruang diskusi ini, data pelecehan seksual di tempat kerja bisa digali, advokasi, kampanye dan gerakan sosial bisa dikonsolidasi.

Dengan menonton kembali film ini, saya kira adalah langkah penting dalam perjalanan panjang menuju keadilan. Ia membuka wacana, memicu diskusi kritis, dan mendorong tindakan nyata untuk melawan kekerasan seksual di berbagai sektor kehidupan.

“Angka Jadi Suara” bukan hanya sebuah film dokumenter; ia adalah alat perjuangan, sebuah panggilan untuk bertindak melawan kekerasan seksual yang telah terlalu lama dibiarkan tersembunyi. 

Dokumenter ini mengajarkan bahwa setiap angka dalam statistik kekerasan seksual mewakili suara, kisah hidup, dan perjuangan seorang manusia. Melalui kesadaran dan tindakan bersama, kita dapat berharap untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan aman bagi semua, terutama bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual.

Pada menit ke 15:45, seorang sosok perempuan mantan buruh KBN, yang memberi kesaksian dan menuntun alur keseluruhan cerita di dalam film ini mengakhiri cerintanya tangisan, dan sebuah puisi dikumandangkan dengan lantang:

Tangan-tangan kotor itu membuat kita menggigil,
Saat kerja berhenti,
Saat mesin kerja mati,

Mata-mata kotor itu menjadikan kita terhina,
Ketika tubuh bergerak apa adanya,

Mulut-mulut kotor itu menjatuhkan harga diri,
Dan dari setiap kata penghakiman,
Buruk,
Baik,

Korban pelecehan bukanlah angka,
untuk terus dihitung, dijumlah,
untuk didata dan dianalisa,
Sebab angka telah jadi suara,
Korban siap jadi pejuang,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun