Menulis Adalah Kerja Abadi: Belajar dari Joko Pinurbo
Pada perbincangan bertema "Ibadah Puisi" melalui Kompas IGlive, Selasa 05 Mei 2020 lalu, Joko Pinurbo (Jokpin) berbagi ilmu menulis, terutama dalam menulis sebuah karya sastra.
Penyair yang tutup usia pada Sabtu 27 April 2024, berpesan bahwa proses menulis memerlukan kesabaran, kontemplasi, pengendapan, dan penerimaan terhadap kegagalan (kompas.id, 13 Mei 2020),
Menulis membutuhkan kontemplasi yang mendalam. Hal ini mirip dengan proses meditasi, di mana penulis harus menggali dalam-dalam pikiran dan perasaannya untuk menemukan inti dari apa yang ingin disampaikan.
Kesabaran adalah kunci utama, yang oleh Joko Pinurbo bahwa dalam proses kreatif sering kali melibatkan kegagalan dan kemacetan ide.
Dengan kesabaran, kita dapat menggali dan menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.
Waktu itu Jokpin juga pernah bilang "Intinya jangan pernah takut gagal. Yang namanya penulis itu memang harus merasakan kegagalan. Kegagalan itu manusiawi. Proses (menulis) kreatif itu butuh kesabaran. Kalau saya, misalnya, sedang mentok itu, ya, saya tinggal ngopi atau tidur saja. Tidur itu obat paling manjur,"
Jokpin menekankan bahwa kegagalan adalah bagian alami dari proses menulis. Justru dari kegagalan itu lah pembelajaran terbesar didapatkan.
Dalam menulis, seringkali kita menemui kendala, baik berupa ide yang mandek maupun kesulitan dalam menyampaikan pikiran.
Dengan menerima kegagalan sebagai bagian dari perjalanan, kita dapat melihat setiap kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh.
Jokpin juga bilang kalau Ia sering mengalami hal serupa, kemacetan ide dalam proses menulis, hal itu tidak menghalanginya untuk terus menulis. Bahkan, aktivitas menulis itu sendiri telah menjadi suatu kegiatan yang membahagiakan baginya (kompas.id, 13 Mei 2020),
Saat menulis, seseorang memiliki kesempatan untuk mengekspresikan diri secara bebas, tanpa rasa takut atau hambatan. Ini memungkinkan seseorang untuk menyampaikan perasaan yang mungkin sulit untuk diungkapkan secara verbal. Bagi banyak orang, menulis adalah cara untuk melepaskan emosi yang terpendam.
Implisit dalam pesan-pesan Jokpin itu mengisyaratkan, menulis kreatif bukan hanya sekadar menyusun kata-kata menjadi paragraf kemudian menjadi kalimat, tapi sebuah proses penyembuhan yang paling efektif.
Lain perkataan, dari pengalaman Jokpin, kita belajar bahwa menulis, selain sebagai bentuk terapi yang paling kuat, juga sebuah bentuk kerja yang abadi:
"bahwa sumber segala kisah adalah kasih,
bahwa ingin berawal dari angan,
bahwa ibu tak pernah kehilangan iba,
bahwa segala yang baik akan berbiak"...
Seperti Joko Pinurbo, tidak hanya menulis kata-kata, tetapi juga menghidupi kata-kata, dan melalui karyanya, dia terus dikenang dan diinspirasi oleh banyak orang.
Dengan menggurui proses kreatif Jokpin, mari kita terus mengeksplorasi dunia kata-kata dan perasaan kita sendiri.
Karena pada akhirnya, menulis adalah salah satu bentuk terapi terbaik yang dapat membantu kita menemukan makna, kedamaian, dan kebahagiaan dalam hidup. Meskipun bagi Jokpin saat ini: "tubuhku kenangan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri".
Selamat jalan Joko Pinurbo menuju surga abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H