Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengintip Bagaimana Nasib Bahasa Daerah di Indonesia

11 Maret 2024   23:09 Diperbarui: 12 Maret 2024   00:37 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.kompas.com/

Bahasa adalah jendela budaya dan identitas suatu bangsa. Di Indonesia, keberagaman bahasa daerah menjadi salah satu kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.

Bahasa daerah merupakan salah satu aspek yang sangat vital dalam menjaga dan memperkaya warisan budaya suatu bangsa. Di Indonesia, keberagaman bahasa daerah menjadi salah satu kekayaan yang patut dijaga dan dilestarikan. Namun, realitasnya menunjukkan bahwa beberapa bahasa daerah di Indonesia mengalami kepunahan yang mengkhawatirkan. 

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat bahwa sebanyak 11 bahasa daerah telah mengalami kepunahan karena tidak lagi memiliki penutur bahasa daerah (https://edukasi.okezone.com/, 2024).

Kepunahan bahasa daerah ini menjadi perhatian serius karena bukan hanya sekadar hilangnya sarana komunikasi, tetapi juga kehilangan bagian penting dari identitas budaya suatu masyarakat. Salah satu faktor utama kepunahan bahasa daerah adalah karena para penuturnya tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasa daerah tersebut ke generasi berikutnya (kompas.id, 2023).

Situasi vitalitas bahasa daerah di Indonesia saat ini menunjukkan gambaran yang cukup kompleks. Ada bahasa daerah yang masih aman dengan jumlah penutur yang cukup banyak, ada pula yang dalam kondisi rentan dengan jumlah penutur yang relatif sedikit, bahkan hingga bahasa daerah yang terancam punah dengan mayoritas penutur berusia lanjut dan tidak lagi mewariskan bahasa tersebut kepada generasi muda. 

Menariknya, gambaran tersebut juga memperlihatkan pola yang cukup jelas terkait geografis. Rata-rata bahasa daerah yang mengalami kepunahan terjadi di wilayah bagian timur Indonesia. 

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebutkan bahwa di wilayah timur Indonesia, jumlah bahasa daerah banyak, namun penduduknya sedikit. Sementara itu, wilayah barat Indonesia memiliki jumlah bahasa daerah yang lebih sedikit namun penduduknya padat (https://edukasi.okezone.com/, 2024).

Salah satu contoh bahasa daerah yang mengalami kepunahan adalah bahasa Tandia di Papua Barat. Selain itu, bahasa Mawes di Papua, bahasa Kajeli atau Kayeli di Maluku, bahasa Piru di Maluku, dan bahasa Moksela di Maluku juga termasuk dalam daftar bahasa daerah yang mengalami kepunahan. Bahasa-bahasa daerah lainnya seperti Palumata, Ternateno, HUKUmina, Hoti, Serua, dan Nila di daerah Maluku juga mengalami nasib serupa (https://edukasi.okezone.com/, 2024).

Pentingnya melestarikan bahasa daerah tidak hanya berkaitan dengan aspek budaya semata, tetapi juga memiliki implikasi yang lebih luas terhadap keberlangsungan pengetahuan lokal, praktik tradisional, serta identitas dan rasa kebersamaan dalam masyarakat setempat. Bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan cara pandang, nilai, dan kearifan lokal yang telah berkembang selama berabad-abad (kompas.id, 2022).

Langkah untuk mengatasi kepunahan bahasa daerah perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Salah satunya adalah melalui program revitalisasi bahasa daerah yang tidak hanya bertujuan untuk memperkenalkan kembali bahasa daerah kepada generasi muda, tetapi juga membangun kesadaran dan kebanggaan terhadap keberagaman bahasa dan budaya di Indonesia.

Pendidikan formal juga memiliki peran penting dalam melestarikan bahasa daerah. Kurikulum sekolah dapat dimodifikasi untuk memasukkan pembelajaran bahasa daerah sebagai salah satu mata pelajaran yang diwajibkan, bukan hanya sebagai materi tambahan. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler atau program-program kesenian tradisional juga dapat menjadi sarana yang efektif dalam memperkenalkan dan memperkuat penggunaan bahasa daerah di kalangan generasi muda.

Selain upaya dalam ranah pendidikan, dukungan dari berbagai pihak juga diperlukan. Mulai dari pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, hingga komunitas lokal dapat berperan aktif dalam menjaga dan memperkuat penggunaan bahasa daerah. Program-program pengembangan kreativitas dalam bahasa daerah, seperti penulisan puisi, sastra, atau lagu, juga dapat menjadi sarana yang menarik untuk memperkuat kembali identitas bahasa daerah.

Tidak kalah pentingnya adalah peran teknologi dalam memperkuat penggunaan dan pelestarian bahasa daerah. Pengembangan aplikasi dan platform digital berbasis bahasa daerah dapat menjadi sarana yang efektif untuk memfasilitasi komunikasi dan interaksi dalam bahasa daerah, terutama di era digital saat ini yang memungkinkan akses yang lebih luas kepada berbagai informasi dan konten.

Dengan upaya yang komprehensif dan terpadu dari berbagai pihak, diharapkan nasib bahasa daerah di Indonesia dapat diubah menjadi lebih baik. Kepunahan bahasa daerah bukanlah suatu hal yang tak terhindarkan, tetapi merupakan tantangan yang dapat diatasi dengan kesadaran dan tindakan bersama. Dengan melestarikan bahasa daerah, bukan hanya identitas budaya yang akan terjaga, tetapi juga keberagaman dan kekayaan budaya bangsa Indonesia akan tetap bersemi dan berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun