Penurunan produksi pisang kepok menyebabkan penurunan pendapatan petani, yang mengancam keberlanjutan ekonomi rumah tangga mereka. Selain itu, harga beras yang terus meningkat juga menambah beban ekonomi bagi petani dan masyarakat setempat.
Di Nageko misalnya, pisang kepok juga bukan hanya menjadi sumber pendapatan, tetapi juga memiliki nilai sosial dan budaya yang penting bagi masyarakat lokal. Pisang kepok digunakan dalam berbagai upacara adat, seperti pembuatan muku ghe'u, yang merupakan bagian integral dari tradisi lokal. Serangan penyakit darah pisang mengancam kelangsungan tradisi dan budaya ini, serta mengurangi ketersediaan makanan alternatif bagi masyarakat.
Resiliensi dan Adaptasi Petani
Di tengah tantangan yang dihadapi, masyarakat Nagekeo mengembangkan resiliensi dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, seperti cuaca panas dan kemarau yang berkepanjangan dan penyebaran penyakit darah pisang.
Resiliensi petani dalam menghadapi perubahan iklim, melibatkan kemampuan petani untuk bertahan dan pulih dari dampak penyakit, baik secara ekonomi maupun sosial.Â
Resiliensi petani mencakup kemampuan untuk menyesuaikan praktik pertanian, diversifikasi sumber pendapatan, mengakses sumber daya dan informasi yang diperlukan, mencari pekerjaan di luar sektor pertanian, atau merantau sebagai opsi untuk mencari penghidupan yang lebih baik, serta membangun jaringan sosial dan dukungan komunitas yang kuat.
Resiliensi petani perlu didukung dengan kapasitas adaptasi dalam menghadapi perubahan iklim menjadi kunci dalam menjaga produktivitas dan keberlanjutan pertanian.Â
Kapasitas adaptasi mencakup pemahaman petani tentang gejala dan penyebaran penyakit, penggunaan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap penyakit, praktik pengelolaan lahan yang ramah lingkungan, dan penerapan teknologi pertanian yang inovatif untuk meminimalkan risiko infeksi.
Namun, dalam proses adaptasi ini, juga perlunya intervensi pemerintah dalam mengatasi dampak perubahan iklim di tingkat lokal. Perlu adanya langkah konkret dan terintegrasi dari pemerintah dalam mendukung resiliensi dan adaptasi masyarakat pedesaan, termasuk dalam pemantauan dan pengendalian penyakit tanaman serta dalam memfasilitasi diversifikasi mata pencaharian.
Selain itu, penting juga untuk memperkuat kapasitas masyarakat pedesaan dalam menghadapi perubahan iklim melalui pendidikan dan pelatihan. Masyarakat perlu diberi pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi dampak perubahan iklim terhadap mata pencaharian petani dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait lainnya.