Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Resiliensi dan Adaptasi Kelas Menengah Petani Pedesaan di Tengah Ancaman Perubahan Iklim

8 Maret 2024   22:56 Diperbarui: 13 Maret 2024   08:19 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun pisang petani di Mauponggo,Kabupaten Nagekeo,NTT yang terserang penyakit darah pisang.  Sumber Gambar: iklimku.org

Penurunan produksi pisang kepok menyebabkan penurunan pendapatan petani, yang mengancam keberlanjutan ekonomi rumah tangga mereka. Selain itu, harga beras yang terus meningkat juga menambah beban ekonomi bagi petani dan masyarakat setempat.

Di Nageko misalnya, pisang kepok juga bukan hanya menjadi sumber pendapatan, tetapi juga memiliki nilai sosial dan budaya yang penting bagi masyarakat lokal. Pisang kepok digunakan dalam berbagai upacara adat, seperti pembuatan muku ghe'u, yang merupakan bagian integral dari tradisi lokal. Serangan penyakit darah pisang mengancam kelangsungan tradisi dan budaya ini, serta mengurangi ketersediaan makanan alternatif bagi masyarakat.

Resiliensi dan Adaptasi Petani

Di tengah tantangan yang dihadapi, masyarakat Nagekeo mengembangkan resiliensi dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, seperti cuaca panas dan kemarau yang berkepanjangan dan penyebaran penyakit darah pisang.

Resiliensi petani dalam menghadapi perubahan iklim, melibatkan kemampuan petani untuk bertahan dan pulih dari dampak penyakit, baik secara ekonomi maupun sosial. 

Resiliensi petani mencakup kemampuan untuk menyesuaikan praktik pertanian, diversifikasi sumber pendapatan, mengakses sumber daya dan informasi yang diperlukan, mencari pekerjaan di luar sektor pertanian, atau merantau sebagai opsi untuk mencari penghidupan yang lebih baik, serta membangun jaringan sosial dan dukungan komunitas yang kuat.

Buah pisang yang diolah menjadi pangan pengganti beras. Sumber Gambar: iklimku.org
Buah pisang yang diolah menjadi pangan pengganti beras. Sumber Gambar: iklimku.org

Resiliensi petani perlu didukung dengan kapasitas adaptasi dalam menghadapi perubahan iklim menjadi kunci dalam menjaga produktivitas dan keberlanjutan pertanian. 

Kapasitas adaptasi mencakup pemahaman petani tentang gejala dan penyebaran penyakit, penggunaan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap penyakit, praktik pengelolaan lahan yang ramah lingkungan, dan penerapan teknologi pertanian yang inovatif untuk meminimalkan risiko infeksi.

Namun, dalam proses adaptasi ini, juga perlunya intervensi pemerintah dalam mengatasi dampak perubahan iklim di tingkat lokal. Perlu adanya langkah konkret dan terintegrasi dari pemerintah dalam mendukung resiliensi dan adaptasi masyarakat pedesaan, termasuk dalam pemantauan dan pengendalian penyakit tanaman serta dalam memfasilitasi diversifikasi mata pencaharian.

Selain itu, penting juga untuk memperkuat kapasitas masyarakat pedesaan dalam menghadapi perubahan iklim melalui pendidikan dan pelatihan. Masyarakat perlu diberi pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi dampak perubahan iklim terhadap mata pencaharian petani dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun