"Maksudmu Samuel?"
"Aku tidak tahu namanya. Tapi aku pernah melihatnya bersamamu empat hari yang lalu."
"Oh, dia sepupuku." Lisa berujar dengan biasa. Seperti sedang tidak menyembunyikan sesuatu, "Lagipula, apa urusanmu menanyakan dia?"
"Ummm, maksudku, kemarin kamu tampak akrab sekali dengan dia. Jadi, kukira dia kekasihmu yang baru."
"Tidak semua wanita, bisa dengan mudah menerima pria lain, setelah ia berpisah dengan kekasihnya."
Aku hanya bisa terduduk malu, saat mengetahui bahwa pria itu adalah sepupu Lisa. Namun sebagai pria, aku memang tidak pandai menyembunyikan rasa cemburu.
"Maaf, aku sudah berlebihan. Tapi Lisa, bisakah kau memberiku satu kesempatan lagi untuk berbenah diri? Aku berjanji akan memberikanmu sepotong hati baru, yang tidak melulu berkutat dengan kuas dan pewarna."
"Kamu masih berhak cemburu. Pada siapapun. Tapi maaf, aku benar-benar ingin menyelesaikan hubungan ini dan tidak berminat dengan janjimu."
Lisa berlalu pergi, meninggalkanku yang masih mencerna setiap ucapannya. Gadis itu memang keras kepala, sama sepertiku. Seharusnya aku bisa mengubah perilaku, sebelum dia menolak potongan hatiku yang baru.
Hari di mana kamu benar-benar melepasku telah tiba. Dan perlu kamu tahu, aku akan setia menitipkan rindu pada daun-daun yang gugur. Bahwa sampai kapanpun, rasa ini akan tetap sama sampai tunas baru muncul dan mengisi ruang kosong dalam hati.
Selesai