Kami pun masuk rumah dan ke ruang tamu. Â Ponakanku yang sulung baru berusia 5 tahun, langsung bersandar manja di tanganku.
" Wah..... badanmu panas, pusing yha?", tanyaku yang dijawab dengan anggukan.
" Teh.... tidur di kamar  belakang  saja yha, memang belum dirapihin, baru 2 bulan pindah kesini".
" Oke.... mau ke kamar mandi dulu, ada airnya khan?"
" Banyak.... pakai torn sekarang, Tari mau kompres anak anak dulu, demamnya masih tinggi".
" Oh ya, silakan".
Jam dinding menunjukkan pukul 2 tepat ketika mataku belum bisa terpejam, padahal hari ini sangat melelahkan. Â Mungkin efek sudah tidur panjang di bus tadi.
Mataku nanar mengamati kamar ini. Belum dua bulan rumah ini dibeli. Sepertinya bukan rumah baru, karena cat dindingnya banyak yang sudah terkelupas.  Pelapis dinding pun ada yang sudah pecah. Lantai keramik model lama, lemari kayu yang nampak tua, sepertinya bukan lemari dari rumah adikku yang lama . Pintu geser di kamar ini yang terbuka  sepangkal lengan, bukan hal umum untuk rumah tinggal .
Perasaanku tak tenang, Â seperti ada yang mengawasi. Â Perlahan kucoba menutup mata, sayup terdengar seperti ada benda bergeser dikamar ini, namun karena lampu kamar padam, tak terlihat apapun yang bergerak. Â Kututup mata rapat rapat mencoba tak peduli apa yang terjadi.
Hingga adzan subuh  berkumandang, aku sudah terbangun. Kunyalakan lampu kamar, pintu kamar sudah bergeser dan  tertutup rapat . Pikirku, apakah adikku sudah kembali dari luar kota dan menggeser pintu ini? Tapi pulang jam  berapa?
Ah, sudahlah...